Mengenal sosok dokter Budi Laksono, pencipta ide Cafe Jamban
Lagi booming Cafe Jamban yang digagas oleh dokter Budi Laksono. Nah siapakah sosok dokter Budi Laksono yang menjadi buah bibir di masyarakat terlebih dengan adanya rencana tayang dalam program Kick Andy Show tanggal 1 Juli. Berikut penelusuran KHS dari beberapa referensi di internet via mbah Google.
Namanya Budi Laksono, lahir di Semarang, 6 Maret 1964. Bapak empat anak ini sudah dikenal luas oleh masyarakat Semarang sebagai pelopor gerakan Jambanisasi. Budi mengkampanyekan program jambanisasi keluarga di kabupaten/kota di Jawa Tengah sejak 1997 itu. Hal ini diawali sejak dia bertugas sebagai dokter umum di Puskesmas Kedungwuni 2, Kabupaten Pekalongan.
Ceritanya pada waktu bertugas di Puskesmas Kedungwuni 2 banyak pasien terkena gangguan saluran pencernaan seperti diare, desentri, tifus, gangguan saluran usus, dan hepatitis A. Padahal ini merupakan salah satu penyakit penyebab kematian. Dokter Budi pun tergerak untuk melakukan penelitian yang hasilnya lebih dari 90 % masyarakat tidak memiliki Jamban. Penyebabnya karena faktor ekonomi bahwa membuat jamban itu mahal dan persepsi bahwa Jamban hanya untuk orang mampu alias kaya saja.
Dari fakta inilah pengurus Yayasan Wahana Bakti Sejahtera, anggota Komite Kesehatan Kota Semarang dan Presiden Rotary Club Semarang ini tergerak untuk menciptakan inovasi program Jambanisasi yang murah dan terjangkau oleh masyarakat. Namanya program Jambanisasi ini yakni Disposal Amphibian Latrine (DAL) atau toilet amfibi disposal.
Disposal Amphibian Latrine (DAL) adalah toilet yang dibuat dengan cepat (dua jam bisa jadi dan dipakai, serta hanya 30 menit untuk menutup tanpa bekas), murah (biaya kurang dari Rp 200 ribu). Bahkan bisa murah lagi bila tenaganya adalah sukarelawan. ‘’Pada 1997, cukup dengan Rp 36 ribu. Seiring dengan kenaikan harga bahan bangunan, untuk membuat jamban sekarang ini butuh biaya sekitar Rp 180 ribu. Hanya dengan Rp 180 ribu, masyarakat sudah bisa terhindar dari penyakit saluran pencernaan,’’ ujar dosen luar biasa Universitas Diponegoro dan dosen luar biasa di Universitas Griffith Australia ini.
Program yang berawal dari Kedungwuni 2 itu kini telah menyebar hampir ke seluruh Jawa Tengah terutama Kota Semarang dengan Program Kampung Sehat Total Jamban Keluarga (Katajaga). Dan program Jambanisasi dengan DAL ini telah juga ditularkan ke seluruh Indonesia sebagai salah satu upaya menghilangkan kebiasaan BAB-Sembarangan.
Atas kerja keras, pengabdian dan prestasi alumnus Fakultas Kedokteran Undip ini dan suami dari Sri Peni Hernawati (47) ini maka beliau diganjar beberapa penghargaan. Diantaranya masuk Muri Museum Rekor Dunia Indonesia (Muri) pada Oktober 2011 sebagai pegiat jamban keluarga dengan sistem total keluarga dan partisipasi rakyat pertama di Indonesia. Selain itu, Yayasan Damandiri yang dipimpin mantan Menteri Kependudukan/ Kepala BKKBN Haryono Suyono juga memberikan penghargaan atas kiprahnya di bidang kemanusiaan.
Budi Laksono juga memperoleh beasiswa dari Pemerintah Indonesia untuk belajar di Queensland Univeristy of Technology (QUT) Australia dan memperoleh gelar Master of Health Science pada 2000.
Nah itulah prestasi dokter Budi Laksono yang merupakan sosok dibalik ide Cafe Jamban yang memang penuh kontroversi itu. Namun yang jelas beliau sudah berbuat banyak untuk masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf kesehatan penduduk melalui program Disposal Amphibian Latrine (DAL) atau toilet amfibi disposal.
Sumber : Harian Suara Merdeka (9/11/2015)
Foto : Kick Andy Show
Maturnuwun
- Bahagia Olahraga Berikut 8 Manfaat Berenang untuk Perempuan, Cek Nomer Dua
- Tips Hidup Sehat Secara Mental Selama Bulan Ramadhan
- Musim Hujan, Yuk Waspada DBD Rek
- Berburu Pahala Puasa di Bulan Muharram, Kapan dan Apa Keutamaan Puasa Asyura
- 12 Kunci Awet Muda Nomor 8 Tidak Dengki
- Tips Puasa untuk Ibu Hamil dan Menyusui
- Puasa dan Buah Kurma
- Silaturrahim Menumbuhkan Cinta
- Berwudhu Sebelum Tidur, Amalan Menuju Husnul Khatimah
- Manfaaat Zikir Pagi dan Sore
***\Contact KHS/***
Main blog : http://www.setia1heri.com
Secondary blog : http://www.khsblog.net
Other blog : http://www.setia1heri.org
Email : setia1heri@gmail.com; kangherisetiawan@gmail.com
Facebook : http://www.facebook.com/setia1heri
Twitter : @setia1heri
Instagram : @setia1heri
Line@ : @setia1heri.com
Whatsapp : 085608174959
PIN BBM : 5E3C45A0
©©©©©©©©©
wow inspiratif juga ya
http://setia1heri.com/2016/06/29/ragam-bentuk-windshieldvisor-untuk-modifikasi-yamaha-nmax-masbrow-dan-mbaksis/
jambannya food grade gak ? haha
https://extraordinaryperson.wordpress.com/
mungkin soedah…hehehe
Tertarik, pengen tahu soal tanggapan dr.budi dgn pro kontra masyarakat. Pasti sebelum merealisasikan ide cafe jamban ini, juga sudah banyak pro kontra. Tp kenapa tetap dipilih mnjadi salah satu cara untuk program jambanisasi…hehe, pertamanya kaget, tp penasaran. Mau tau tanggapan org2 yg udah nyobain singgah ke cafe jamban
betul gans…perlu ditelisik lebih jauh tuh
dulu pernah liat liputan kafe serupa, tapi di jepang kalo nggak salah
Klo diluar negeri murni bisnis…kalau ini sifatnya lebih ke sosial sepertinya
Meskipun Beliau Sudah Banyak Berjasa Pada Masyarakat, Namun Tidak Seharusnya Melakukan Hal Tersebut.. Saya Juga Ndak Heran Beliau Bisa Sedemikian Bagus dalam Bidang Sosial Karena Dibalik Beliau Ada Rotary Club..
Sy tdk mengapresiasi cafe beliau…utk penggiat jamban bolehlah tp kalo sdh cafe jamban jangan terlalu lebay lah…semua ada tempatnya, sy cuman kawatir kalo kebablasan kedepan ada trend muka jamban???? Sory nothing personal…sekali lg “semua ada tempatnya”.nantinya biar masyarakat yg menilai apalg ini pemikiran dr seorang dokter krn kalo cuman buat beginian temen sy nongkrong dipinggir jalan jg sdh ada ide buat cafe septic tank
ini cafe jamban buat kampanye dan sosialisasi gans…toh juga gratis main kesana
Ya pantas… Mukanya aja persis gitu….. Maaf looh jangan tersinggun….