Skip to main content

Belajar dari Kisah Ular Melilit Gergaji

KHSblog.net- Belajar dari Kisah Ular Melilit Gergaji. Kemarahan disebabkan oleh hawa nafsu yang tak terkendali. Meluapkan amarah seringkali menghadirkan penyesalan. Perkataan yang sudah terlanjur terucap dan tindakan yang dilakukan saat marah menguasai membuat orang lain tersakiti. Termasuk merugikan diri kita sendiri.

Berikut ini tulisan dari Ustad Satria Hadi Lubis tentang belajar dari Kisah Ular Melilit Gergaji.

Seekor ular memasuki gudang tempat kerja seorang tukang kayu di malam hari. Kebiasaan si tukang kayu adalah membiarkan sebagian peralatan kerjanya berserakan dan tidak merapikannya.

Ular itu secara kebetulan merayap di atas gergaji. Tajamnya mata gergaji menyebabkan perut ular terluka. Ular beranggapan gergaji itu menyerangnya. Ia pun membalas dengan mematuk gergaji itu berkali-kali.

Serangan yang bertubi-tubi menyebabkan luka parah di bagian mulutnya. Marah dan putus asa, ular berusaha mengerahkan kemampuan terakhirnya untuk mengalahkan musuhnya. Ia pun lalu membelit kuat gergaji itu. Belitan yang menyebabkan tubuhnya terluka amat parah, sehingga membuatnya mati binasa.

Pesan :
Kadangkala di saat marah, kita ingin melukai orang lain. Setelah semua berlalu, kita baru sadar bahwa yang terluka sebenarnya adalah diri kita sendiri.

Banyaknya perkataan yang terucap dan tindakan yang dilakukan saat amarah menguasai, sebanyak itu pula kita melukai diri kita sendiri.

Kemarahan tak terkendali seringkali berbalik merugikan diri kita sendiri bahkan lebih parah daripada korban kemarahan kita.

Ujung-ujungnya hanya penyesalan yang bisa dituai. Tapi nasi sudah menjadi bubur, tak bisa lagi kembali seperti semula.

Ketahuilah… dendam, benci, curiga, dan pikiran negatif lainnya, sebenarnya bagaikan ular yang membelit gergaji, telah ribuan kali muncul dalam pikiran kita yang menusuk dan mengotori hati kita sendiri.

Latihlah setiap saat untuk mengendalikan diri, memaafkan dengan tulus, mampu dengan cepat melepaskan dan membuang sampah kotor di hati dan pikiran kita.

Tidak ada penyakit hati yang tidak dapat disembuhkan oleh kasih sayang.

Tidak ada permusuhan yang tidak dapat dimaafkan oleh ketulusan.

Tidak ada batu keras yang tidak dapat dipecahkan oleh kesabaran.

Semua itu haruslah berasal dari diri kita sendiri.

Semoga bermafaat.***

Maturnuwun

baca juga :

Tinggalkan Balasan