Sebuah buku aku berani tidur sendiri dan Aku Belajar Mengendalikan Diri ( 2 cerita 1 buku) keluaran Penerbit Tiga Ananda menuai kontroversi. Dalam buku yang dikhususkan anak-anak itu terdapat materi yang dinilai belum saatnya dikenalkan pada anak terkait aktivitas masturbasi. Yah sebuah dilematis memang antara pelajaran kesehatan reproduksi dan penyimpangan seksual..cmiw. Berikut permohonan maaf dan klarifikasi dari penerbit yang bersangkutan.
Permohonan Maaf
Permohonan Maaf Penerbit Tiga Ananda, Creative Imprint of Tiga Serangkai tentang Pengemasan Materi di Buku yang Berjudul Aku Belajar Mengendalikan Diri
Yth. Bp/Ibu Masyarakat Pembaca Buku Anak Terbitan Tiga Ananda, Creative Imprint of Tiga Serangkai.
Kami ucapkan terima kasih atas perhatian Bp/Ibu terhadap buku terbitan kami yang berjudul Aku Berani Tidur Sendiri dan Aku Belajar Mengendalikan Diri (2 cerita dalam 1 buku). Kami mengakui ada kekhilafan dalam penerbitan buku tersebut.
Untuk itu, kami atas nama Redaksi Tiga Ananda mohon maaf yang sebesar-besarnya. Sebagai bentuk pertanggungjawaban kami, buku itu sudah kami tarik dari peredaran sejak bulan Desember 2016.
***
Klarifikasi dan penjelasan terkait aku berani tidur sendiri dan Aku Belajar Mengendalikan Diri
(1) Sehubungan dengan maraknya pembicaraan dan beredarnya potongan halaman dari cerita Aku Belajar Mengendalikan Diri dalam Seri Aku Bisa Melindungi Diri, bersama ini kami sampaikan bahwa ketika kami menerbitkan Seri Aku Bisa Melindungi Diri, kami berkeinginan membantu orang tua menjelaskan pada anak-anak tentang pentingnya melindungi diri.
Antara lain mengajarkan anak untuk melindungi diri dari orang-orang yang berniat tidak terpuji terhadap mereka, membekali anak cara melindungi diri dari ancaman penyakit dan kejahatan seksual, juga pengetahuan dasar seksual yang penting untuk diketahui anak sejak dini.
Kami mengangkat materi “masturbasi” dalam salah satu cerita karena berawal dari adanya fenomena anak yang mendapatkan keasyikan saat menyentuh, memegang, atau bahkan memainkan kemaluannya. Hal “negatif” ini sudah umum dijumpai. Apabila kita mengetikkan kata kunci “anak memainkan kemaluannya” di Google, muncul banyak sekali artikel yang relevan dengan hal tersebut.
Beberapa artikel bahkan menunjukkan bahwa perilaku ini juga dilakukan oleh balita. Beberapa orang menamakan aktivitas memainkan kemaluan ini dengan sebutan masturbasi. Sebenarnya, perilaku pada anak tersebut belumlah layak disebut masturbasi karena makna masturbasi adalah proses memperoleh kepuasan seks tanpa berhubungan kelamin atau stimulasi organ seks oleh diri sendiri.
Anak, bahkan balita, tentu sama sekali belum punya hasrat tersebut. Seperti diutarakan oleh salah seorang psikolog dalam artikel yang kami acu, perilaku senang menyentuh atau memainkan alat kelamin adalah wajar karena anak usia prasekolah sedang berada dalam masa phallic (falik), bahwa salah satu sumber kenikmatan berada di daerah genital.
Hal ini normal dan merupakan bagian dari proses perkembangan anak. Namun, setiap orang tua tentu khawatir jika mengetahui anak mereka mengetahui hal tersebut. Mereka khawatir hal tersebut akan terus dilakukan anak sampai besar dan akhirnya berkembang menjadi masturbasi. Oleh karena itulah, cerita Aku Belajar Mengendalikan Diri ini ditulis.
(2) Dengan latar belakang tersebut, buku ini berfungsi sebagai media untuk menyampaikan kepada anak bahwa perbuatan tersebut, memainkan kemaluannya, tidak sepantasnya dilakukan dan memiliki risiko kesehatan.
Tentu target buku ini lebih diutamakan kepada para orang tua yang merasa anaknya juga melakukan hal tersebut. Namun, tetap ada baiknya jika buku ini juga dibaca oleh orang tua dan anak pada umumnya sebagai pengetahuan yang bermanfaat sebagai bentuk upaya pencegahan.
Pada akhirnya, kami sadar bahwa sebagian masyarakat kita mungkin belum siap untuk menerima pendidikan seksual sejak usia dini. Sebagai bentuk tanggung jawab kami, buku tersebut sudah kami tarik dari peredarannya dari toko buku umum sejak Desember 2016, tak lama setelah buku itu terbit. Namun sayang, ternyata masih ada yang menjualnya di toko online.
Sebagai bentuk tanggung jawab kami lainnya, jika tidak keberatan, kami mempersilakan Bapak untuk mengirimkan buku yang telah Bapak beli tersebut kepada kami ke alamat Redaksi Tiga Ananda; Jln. Dr. Supomo No. 23 Surakarta 57141, Telp. (0271) 714344. Kami akan mengganti buku tersebut dengan produk kami yang lain. Atau, jika berkenan, kami akan mengembalikan uang (alternatif) karena buku tersebut sudah ditarik dan tidak dijual bebas.
Kami berharap penjelasan ini dapat menjawab keresahan Bapak dan Ibu. Demikian informasi ini kami sampaikan. Atas perhatian Bapak dan Ibu, kami ucapkan terima kasih.
Surakarta, 20 Februari 2017
Penerbit Tiga Serangkai
***
Demikian mantemans penjelasan dan klarifikasi serta permohonan maaf dari Penerbit Tiga Serangkai selaku penanggungjawab dari beredarnya buku tersebut.
sumber : instagram Tiga Serangkai
Maturnuwun
baca juga :
- Bahagia Olahraga Berikut 8 Manfaat Berenang untuk Perempuan, Cek Nomer Dua
- Tips Hidup Sehat Secara Mental Selama Bulan Ramadhan
- Musim Hujan, Yuk Waspada DBD Rek
- Berburu Pahala Puasa di Bulan Muharram, Kapan dan Apa Keutamaan Puasa Asyura
- 12 Kunci Awet Muda Nomor 8 Tidak Dengki
- Tips Puasa untuk Ibu Hamil dan Menyusui
- Puasa dan Buah Kurma
- Silaturrahim Menumbuhkan Cinta
- Berwudhu Sebelum Tidur, Amalan Menuju Husnul Khatimah
- Manfaaat Zikir Pagi dan Sore
Saya udah lihat sekilas bukunya, biasa aja, kalau anak kecil baca buku itu dia juga nggak mungkin ngerti. Justru kita orang dewasalah yang pikirannya ngeres. Lagian apa salahnya memberikan pendidikan seks sejak dini, lebih baik diajarkan di sekolah daripada anak2 penasaran dan malah jatuh ke pornografi dll.
Betul gans…dilematis memang kalau dibawa ke ranah publik
Stuju sih sama pendidikan seks sejak usia dini
http://sebarkan.org/2017/02/22/sosok-cantik-di-tengah-banjir-ini-hebohkan-netizen
itoe betoel adanja
sebenarnya sih tergantung dari masing2 org jg sih