Skip to main content

Tujuh Pilar Pengasuhan Untuk Anak

Tujuh Pilar Pengasuhan Untuk Anak. Keluarga adalah batu bata pertama dalam pembentukan, pengasuhan serta penanaman karakter unggul untuk anak-anak. Negara yang berperadaban diukur dari masyarakatnya yang baik. Demikian juga halnya masyarakat yang baik tercermin dari setiap keluarga yang baik pula. Tentunya keluarga yang baik diawali dari bagaimana figur orangtua dalam mengasuh, mendidik anak-anak mereka. Di rumah orangtua sebagai role model bagi anak-anak.

Rumah sebagai madrasah utama dan pertama bagi tumbuh kembang anak-anak. Bagaimana anak bersikap, berperilaku tentunya menyerap dari orangtuanya sebagai tempat pertama dia berinteraksi sehari-hari. Orangtua pun selayaknya menjadi teladan, agar anak-anak menyerap hal-hal baik di rumah. Keteladanan di dalam Islam menjadi senjata ampuh untuk menanamkan karakter unggul sebagai modal anak menghadapi kehidupannya kelak. Selain itu, pola asuh orangtua berpengaruh pada tumbuh kembang anak. Selama ini kita beranggapan bahwa pengasuhan dimulai sejak anak lahir. Islam mengajarkan pengasuhan harusnya dilakukan sejak di dalam kandungan. Para suami ketika mendapati istrinya dalam masa hamil hendaknya memberikan suasana kondusif bagi istrinya. Suasana bahagia harus mendominasi hari-hari istri semasa mengandung.

Dukungan suami begitu berpengaruh pada masa kehamilan sejak awal hingga usai persalinan. Nah, bagi para wanita yang masih jomblo, masih ada waktu untuk mempersiapkan pendamping hidup, imam pilihan dunia akhirat sebagai modal pertama pembentukan keluarga yaitu memilih pasangan yang sholih tentunya. Pasangan sholih pilihan anda yang akan menentukan juga bagaimana nantinya menjadi orangtua dengan bekal pengasuhan super keren untuk anak-anaknya. Tulisan ini tidak hanya ditujukan bagi para suami-istri yang akan menjadi orangtua, namun juga bagi para jomblo. Ilmu tentang pengasuhan harusnya sudah dicari, di update agar nantinya tak gagap berstatus sebagai bapak dan sebagai ibu. Memang sih belajar jadi orangtua tak ada sekolahnya. Tak hanya banyak baca buku tentang referensi menjadi orangtua yang baik, yang terpenting adalah anda sebagai calon orangtua nantinya berusaha memantaskan diri dihadapan Nya. Memperbaiki diri kuncinya. Apakah ibadah nya sudah OK, tutur katanya sesuai tuntunan islam. Memantaskan diri bagaimana menjadi laki-laki sholih, tangguh yang pantas dipilih oleh perempuan yang juga baik keluarga, baik agamanya, akhlaknya,  tak hanya parasnya saja.

Tahapan proses pengasuhan untuk tumbuh kembang anak memang dimulai sejak kita memilih pasangan hidup. Banyak diantara kita sebagai orangtua menginginkan anaknya sholih, sholihah. Pada kenyataannya di rumah Ayah nya tidak menegakkan tiang agama, tak pernah menyentuh air wudhu, hingga anak laki-lakinya tak ada yang mengenal masjid sebagai tempat terasyik untuk berjama’ah sholat. Inilah mengapa tahapan awal di dalam islam harus memilih pasangan hidup, imam bagi istri dan anak-anaknya sesuai dengan kriteria yang disampaikan oleh Rasulullah SAW.

Foto-Keluarga-Melly-Goeslaw
Ilustrasi Foto-Keluarga-Melly-Goeslaw

Berbicara tentang pengasuhan, ada tujuh pilar pengasuhan yang bisa kita persiapkan sebagai bekal mendampingi anak-anak kita. Berikut ini kawan penjelasannya.

  1. Kesiapan Menjadi Orangtua

Apabila sudah memantapkan diri berkeluarga, tentunya sudah harus siap menjadi suami dan menjadi istri. Lantas bersiap pula menjadi ayah dan ibu. Tak hanya sekedar stastus. Memahami peran sebagai sosok ayah, juga bagaimana memahami peran sebagai ibu. Bagaimana tanggung jawab atas kedua peran tersebut baik dia sebagai ayah dan peran sebagai ibu. Fungsi yang melekat pada ayah pasti berbeda dengan fungsi ibu. Kesemuanya harus benar-benar disiapkan sejak awal ketika memutuskan untuk berkeluarga. Maka kenapa di paragraf sebelumnya saya sampaikan harus bersungguh-sungguh dalam menentukan kriteria pasangan hidupnya agar keduanya siap menjadi orangtua.

 

Selain mempersiapkan diri menjadi ayah dan ibu. Pasangan harus bisa dan mau menyelesaikan problem di masa lalunya. Mengapa? Agar tidak muncul sikap innerchild negatif. Bagaimana nantinya ketika ada anggota keluarga baru bernama anak, ternyata kita masih bersikap kekanak-kanak-an.

 

  1. Dual / Co Parenting : Ayah harus Terlibat

Pendapat lama yang sering kita dengar adalah ayah mencari nafkah ibu mengasuh anak. Padahal di dalam Al-Qur’an berbicara 14 dialog antara ayah dan anak, dan hanya ada 3 dialog antara ibu dan anak. Benarlah ketika negeri ini ada sebutan negeri tanpa ayah. Karena faktanya ayah benar-benar menghabiskan waktunya sehari-hari bekerja di luar rumah memenuhi kebutuhan nafkah keluarga. Tak salah memang. Namun usai ayah bekerja, sesampainya di rumah anak-anak tak bercengkerama dengan sang ayah. Karena di dapati sang ayah sudah kelelahan.

 

Pengasuhan optimal ketika ayah terlibat aktif bersama ibunya. Ayah menjadi sumber kekuatan pengasuhan untuk pembentukan karakter anak. Kedekatan ayah dan ibu kepada anak-anaknya secara fisik dan psikologis berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak. Anak-anak yang cerdas secara moral, cerdas spiritual dan cerdas intelektual karena adanya peran pengasuhan dari ayah dan ibu yang optimal.

 

To be continue di tulisan berikutnya….

baca juga :

 

 

 

 

Tinggalkan Balasan