Skip to main content
mbah mitro penjual minuman kecil di alun - alun kidul jogjakarta

Berkaca pada Mbah Mitro, sosok perempuan tua tangguh nan inspiratif dari Jogjakarta

Berkaca pada Mbah Mitro, sosok perempuan tua tangguh nan inspiratif dari Jogjakarta. Beliau hanyalah seorang nenek tua yang tetap berjualan di usia senja. Dia berjuang untuk menghidupi kedua cucunya tanpa mengharap belas kasih orang-orang di sekitarnya. Berjualan makanan kecil di sekitar Alun-alun Kidul Jogjakarta namun mampu mengajarkan arti menjadi manusia yang selalu pantang putus asa dan membalas kebaikan yang ada. Monggo disimak brosis..

Salah seorang warganet membagikan kisah inspiratif ini di grup facebook Motuba pada tanggal 17 Maret 2018. Aditya Budi Nugroho > ‎Motuba bercerita mengenai hal ini secara panjang lebar seperti dibawah ini. Monggo diwaos nggih…

mbah mitro penjual minuman kecil di alun - alun kidul jogjakarta

Kearifan lokal mbah.. oot biar kita tetep andap asor😊

INI BUKAN TENTANG MATERI MELAINKAN TENTANG RASA

Nama beliau Mbah Mitro, 80 tahun lebih kata beliau. Hidup dengan 2 cucu perempuan yang masih sekolah di SMA dan SMP, ibu mereka sudah meninggal karena sakit. Ayahnya menikah lagi, tapi dua cucu tersebut lebih sering bersama mbah Mitro. Setiap hari sekitar jam 5 sore sampai tengah malam, berjualan di depan gedung Sasono Hinggil, Alun alun Kidul (Alkid) Jogja. Dagangannya nggak banyak, sekedar beberapa botol minuman, makanan kecil seperti telur asin, intip dan sebagainya. Di umur beliau yang harusnya sudah lepas dari asap kendaraan dan angin malam, beliau masih harus berjualan untuk menyambung hidup dan sekedar memberi uang saku cucunya.

Beliau bukan sosok yang mengandalkan belas kasihan orang. Setiap Rabu dan Jum’at, kalau saya latihan di Alun alun kidul, beliau sudah menggelar lapak kecilnya diantara motor motor yang parkir didepan Sasono Hinggil. Pernah kami kasih sekedar makanan kecil untuk cucu cucunya, meskipun setelah eyel eyelean ndak mau, besoknya kalau kami beli minum beliau nggak mau menerima uangnya.

Lalu beberapa hari yang lalu saat kebetulan saya punya sebungkus nasi goreng yang ndak mungkin saya makan karena udah makan dan adek saya juga pasti udah tidur, lalu saya kasih beliau sambil eyel eyelan juga, besoknya di motor saya sudah ada sekresek telur asin. Bahkan setelah saya mengambil foto inipun beliau malah sibuk nyari tas kresek buat nggantungin telur asin lagi di motor saya. Jawaban beliau saat kami tanya kenapa kok ndak mau menerima sedikit bantuan sangat membuat saya jleb dan tertegun. “Mbah sudah tua, takutnya ndak punya waktu lagi untuk membalas kebaikan njenengan, mas“.

Teman teman, disaat kita disana sini ribut berbagai hal, dari isu jenggot sampai Syria. Dari Freeport sampai Laut China Selatan, secara bersamaan kita melewatkan kehidupan kehidupan bijak yang lalu lalang di dekat kita. Mbah Mitro mungkin nggak tau apa itu Syria, Mbah yang lain mungkin bahkan nggak tau Laut China Selatan itu dimana. Yang mereka tahu hanya “how to survive today”. Istilah istilah sulit yang kita baca di muqorror muqorror kuliah, jargon jargon yang kita share di facebook, hastag hashtag instagram tapi hanya tetap sebagai konsep seolah membuat kita jadi egosentris, self-centered.

Apalagi kejadian belakangan ini beberapa mahasiswa yang nggak mau mbayar makan di restaurant, apa nggak malu sama Mbah Mitro?. Di surat Al Baqoroh Allah sudah mengkode kita tujuan kita diciptakan, Inni ja’ilun fil ardhi kholifah. Sebagai kholifah, perwakilan-Nya, perpanjangan tangan-Nya untuk mengurus dan mengelola dunia. Lalu banyak diantara kita yang setelah diciptakan, menjadi takut. Takut nggak kebagian, takut kehabisan, lalu mulai menunjukkan ego. Ego yang membludak tak terkontrol menciptakan monster yang sangat destruktif : kerakusan. Bahkan sampai pahala pun rakus, pengen menang sendiri dan yang lain harus kalah. Kalau istilah Cak Nun, namanya Kemaruk Pahala. Padahal selain Fastabiqul khoirot, Gusti Allah juga berfirman “ Ta’awanuu ‘alal birri wat taqwa, salinglah tolong menolong dalam kebaikan. Sebagai kholifah.

Saat anda merasa sakit, itulah bukti bahwa anda hidup. Saat anda merasakan sakitnya orang lain, itulah tanda bahwa anda itu manusia. Teman teman, disekeliling kita banyak Mbah Mitro yang lain. Yang tidak akan menunggu kita untuk mulai kembali jadi manusia, menjadi kholifah sejati. Jangan sampai kita menjadi apa yang dikhawatirkan para malaikat jauh sebelum kita diciptakan. Qaluu ataj’alu fiiha man yufsidu fiihaa wa yasfiku dima’, wanahnu nusabbihu bihamdika wa nuqoddisu laka,” Para malaikat berkata (kepada Allah), apakah Engkau akan menciptakan (manusia) didalamnya (dunia) mereka yang akan berbuat kerusakan padanya dan saling menumpahkan darah sedangkan kami selalu bertasbih dan mensucikan-Mu?”.

Selamat hari ini, dan semoga hidup anda lebih bahagia.
Mari kita kerjakan dharma ke-2 pramuka, dan kita buktikan pada para malaikat bahwa kekhawatiran mereka tidak sepenuhnya benar.

P.S,: Ini bukan HOAX, silahkan dibaca, jika ada yang kurang benar bisa inbox saya, jika setuju mohon dishare.Teman teman yang kebetulan ke Alkid, bisa bantu mbah mbah yang disana, ada banyak kok, dengan berbelanja. Yang mereka dapatkan nggak banyak, tapi insha Allah bermanfaat.

– ada info baru nama beliau ternyata Mbah Mitro, mungkin karena sudah gak punya gigi ketika itu terdengar seperti “Wiryo”. But, name doesn’t really matter doesn’t it?

sumber : Aditya Budi Nugroho > ‎Motuba (17/03/2018)

***

Semoga menjadi inspirasi bagi siapapun. Berkaca pada Mbah Mitro, sosok perempuan tua tangguh nan inspiratif dari Jogjakarta. Ini mengajarkan kita untuk menjadi manusia ditengah godaan jaman menjadi individualis dan egosentris.

maturnuwun

baca juga :

***\Contact KHS Go Blog/***
Main blog : http://www.setia1heri.com
Secondary blog : http://www.khsblog.net
Email : setia1heri@gmail.com ; kangherisetiawan@gmail.com
Facebook : http://www.facebook.com/setia1heri
Twitter : @setia1heri
Instagram : @setia1heri
Youtube: @setia1heri
Line@ : @ setia1heri.com
PIN BBM : 5E3C45A0

*” Yuuuk like & share brosis….”*
—–

Tinggalkan Balasan