Skip to main content

Ayah Profesi Istimewa, Jangan Sampai Terjadi Fatherless

KHSblog.net- Ayah Profesi Istimewa, Jangan Sampai Terjadi Fatherless 

“Ayah itu profesi istimewa dan hanya pantas dijalani oleh pria istimewa.Tidak setiap lelaki sempat menjadi suami, tidak pula setiap pria sempat menjadi ayah. Tentu tidak setiap ayah bisa menjadi penyejuk jiwa bagi anak-anaknya. Hanya pria istimewa yang bisa melakukannya. Dan semoga pria istimewa itu adalah kita: PARA AYAH PENYEJUK JIWA.” (Buku: Harmoni Cinta Ayah Penyejuk Jiwa, karya Suhadi Fadjaray)

Negeri tercinta ini adalah salah satu yang mendapat julukan negeri tanpa ayah (fatherless) ayah ada tapi tiada.

Data dari KPAI dimana menyebutkan terdapat kasus yang melibatkan 26ribu anak pada tahun 2017 kemarin. Kebanyakan kasus anak Berhadapan dengan Hukum, Pola pengasuhan,
Pornografi dan cybercrime serta yang lainnya. Ini semua bermula karena peran ayah yang tak hadir dalam keluarga.

Ayah bukan hanya hadir sebagai “ayah ATM” atau ayah sebagai tulang punggung keluarga, hadirnya ayah bukan hanya fisik, sepintas datang dan lantas pergi untuk menafkahi keluarganya. Namun peran dominan ayah menjadi penting dalam mengembalikan peran utama pengasuhan.

Berikut ini tulisan Satria Hadi Lubis untuk mengembalikan peran utama Ayah agar tak terjadi fatherless.

FATHERLESS : AYAH ADA TAPI TIADA

By. Satria hadi lubis

Fatherless adalah kondisi ketika ayah ada tapi tiada. Maksudnya, ayah ada di sebuah keluarga tapi perannya dalam membina anak-anaknya tidak dominan. Yang lebih dominan adalah ibu. Sedang ayah sibuk di luar rumah mencari nafkah atau sibuk dengan kegiatan lainnya.

Kondisi fatherless di Indonesia cukup memprihatinkan. Terbukti banyak sekali data yang menginformasikan tentang meningkatnya kenakalan remaja, meningkatnya kriminalitas dengan pelaku anak, meningkatnya pemakaian narkoba, perilaku seks bebas dan penyimpangan seksual serta lahirnya anak-anak yang mudah stres, depresi sampai bunuh diri.

Nanti jika anak-anak fatherless ini menikah dan berkeluarga, mereka tidak dewasa mengelola rumah tangganya. Muncul suami-suami yang tak mampu memimpin keluarga atau isteri-isteri yang tak mampu mengelola emosi, sehingga rentan terjadinya perceraian.

Berdasarkan laporan Statistik Indonesia 2023, kasus perceraian di Indonesia mencapai 516.334 kasus pada tahun 2022. Jelas angka ini meningkat 15% dibandingkan 2021 yang mencapai 447.743 kasus. Ini berarti di tahun 2022 setiap satu jam terjadi 60 perceraian di Indonesia!

Jadi dapat disimpulkan bahwa anak-anak yang tumbuh kembang tanpa pengasuhan ayah (fatherless) akan lambat dewasanya. Usia psikologis anak akan jauh lebih lambat dari usia biologisnya.

Oleh sebab itu, “gerakan” mengembalikan ayah ke rumah untuk menjalankan peran sebagai pembina (pendidik) anak-anaknya perlu digesa segera agar masa depan bangsa tidak suram akibat menurunnya kualitas generasi mendatang.

Komunitas keayahan perlu diperbanyak, kampanye bahaya fatherless perlu ditingkatkan, dan seminar/kelas-kelas parenting perlu dihadiri oleh para ayah, sehingga kesadaran dan keahlian ayah untuk mengasuh anak semakin meningkat.

Peran penting ayah dalam keluarga ini juga tergambar dalam sabda Nabi Muhammad SAW: “Seorang ayah adalah bagian tengah dari gerbang surga. Jadi, tetaplah di gerbang itu atau lepaskan” (H.R. Tirmidzi).

Hadis di atas menggambarkan bahwa ayah merupakan kunci penting dalam membimbing dan mendidik anak dalam suatu keluarga untuk sukses dan masuk surga bersama.

Semoga para ayah semakin sadar pentingnya menjadi ayah yang sebenarnya untuk anak-anaknya.

Baca juga:

[display post tag = ayah]

Tinggalkan Balasan