KHSblog.net- Amalan Istimewa Pengantar Surga. Ada banyak jenis amalan yang bisa mengantarkan seseorang masuk Surga. Tak hanya dari ibadah-ibadah yang hubungannya dengan Allah (hablu minnallah) seperti shalat, puasa, berhaji. Namun amalan yang nampak sederhana dan sepele menurut kita bisa menjadi penyebab seorang hamba masuk Surga.
Tentunya dengan saling berlomba-lomba dalam kebaikan, memilih amal unggulan yang dilakukan dengan sungguh dan konsisten.
Allah memerintahkan kita untuk terus berlomba-lomba dalam kebaikan seperti di surat cintanya Al-Qur’an berikut ini,
وَلِكُلٍّ وِّجۡهَةٌ هُوَ مُوَلِّيۡهَا ۚ فَاسۡتَبِقُوا الۡخَيۡرٰتِؕ اَيۡنَ مَا تَكُوۡنُوۡا يَاۡتِ بِكُمُ اللّٰهُ جَمِيۡعًا ؕ اِنَّ اللّٰهَ عَلٰى كُلِّ شَىۡءٍ قَدِيۡرٌ
Dan setiap umat mempunyai kiblat yang dia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu dalam kebaikan. Di mana saja kamu berada, pasti Allah akan mengumpulkan kamu semuanya. Sungguh, Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.
(Al-Baqarah [2] : ayat 148)
Ayat tersebut menjelaskan tentang saling berlomba dalam kebaikan.
Bukan hanya mengamalkan kebaikan, tetapi juga menyempurnakan dan tuntas. Siapa yang berlomba dalam kebaikan maka surga balasannya.
Segala macam bentuk kebaikan itu banyak. Itu diajarkan dalam Islam. Baik itu hukumnya wajib atau sunnah.
Syariat Islam untuk senantiasa fastabikhul khairat (berlomba dalam kebaikan). Sumber kebaikan itu jenisnya banyak.
Yang terkadang kita itu menyampaikan, “Halah itu sunnah,” menyingkirkan duri di jalan, memberi salam, senyum, dll. Padahal merupakan sumber amalan untuk berlomba dalam kebaikan. Satu jenis kebaikan yang menjadi jaminan pengantar ke surga.
Berikut ini kisah amalan istimewa yang membuat sahabat Abdullah bin Amru bin Al-Ash penasaran dan ingin mengikutinya.
Usai sholat berjamaah, Rasulullah menyampaikan akan ada sahabat yang lewat dan dia dijamin masuk surga.
Lalu muncul laki-laki Anshar yang jenggotnya masih bertetesan air wudhu. Esoknya Nabi bersabda sama seperti itu, dan muncul laki-laki itu lagi seperti yang pertama, dan pada hari ketiga Nabi bersabda seperti itu juga dan muncul laki-laki itu kembali seperti keadaan dia yang pertama.
Ketika Nabi berdiri, Abdullah bin Amru bin Al-Ash mengikuti laki-laki tersebut dengan berujar, ” Kawan, saya ini sebenarnya sedang bertengkar dengan ayahku dan saya bersumpah untuk tidak menemuinya selama tiga hari. Jika boleh, ijinkan saya tinggal di tempatmu hingga tiga malam.”
“Tentu.” Jawab laki-laki tersebut.
Abdullah bin Amru bin Al-Ash bercerita, “Aku tinggal bersama laki-laki tersebut selama tiga malam, anehnya tidak pernah aku temukan ia mengerjakan shalat malam sama sekali.
Tiga hari tidak dilihatnya amalan yang istimewa. Lantas Abdullah bin Amru bin Al-Ash berkata, “Wahai kawan, sebenarnya antara saya dengan ayahku sama sekali tidak ada percekcokan dan saling mendiamkan seperti yang telah saya katakan, akan tetapi saya mendengar Rasulullah bersabda tentang dirimu tiga kali, “Akan muncul pada kalian seorang laki-laki penghuni Surga, lalu kamulah yang muncul tiga kali tersebut, maka saya ingin tinggal bersamamu agar dapat melihat apa saja yang kamu kerjakan hingga saya dapat mengikutinya, namun saya tidak pernah melihatmu mengerjakan amalan yang banyak. Maka amalan apa yang membuat Rasulullah sampai mengatakan engkau ahli Surga?”
Laki-laki itu menjawab, “Tidak ada amalan yang saya kerjakan melainkan seperti apa yang telah kamu lihat. Hanya saja saya tidak pernah mendapatkan pada diriku, rasa ingin menipu terhadap siapapun dari kaum muslimin, dan saya juga tidak merasa iri dengki kepada seorang atas kebaikan yang telah dikaruniakan oleh Allah kepada seseorang.”
Lantas Abdullah bin Amru bin Al-Ash berkata, “Inilah amalan yang menjadikanmu sampai pada derajat yang tidak bisa kami lakukan.”
(Kisah ini dikutip dari Tasfir Ibnu Katsir jilid 10 juz 28 surat Al-Hasyr ayat 8-10 halaman: 64)
Kisah keteladanan laki-laki tersebut dengan amalan yang mungkin sebagian banyak orang belum bisa melakukannya, yaitu tidak pernah merasa iri dengki. Memaafkan orang lain yang tanpa menyisakan rasa dengki.
Potensi dari fastabikhul khairat (berlomba dalam kebaikan) ini adalah yang membuat kita unggul dan mengantarkan masuk surga.
Amalan istimewa itu adalah memaafkan orang lain. Memaafkan orang lain yang tanpa menyisakan rasa dengki, mengingat kesalahan yang pernah dilakukan orang lain dan masih membekas meski dia sudah mengatakan secara lisan sudah memaafkan.
Tentang Forgivnes
Standar orang yang memaafkan dan disebut memaafkan diantaranya adalah:
1. Menimbulkan sifat welas asih.
Yaitu bisa berbuat baik kepada orang yang pernah menyakitinya dan sudah memaafkan tanpa ada rasa apapun. Bukan pembiaran. Pembiaran itu bukan pemaafan. Atau pemakluman.
Allah menciptakan potensi-potensi setiap orang dengan keunggulannya seperti sahabat Umar Bin Khattab, Abu Bakar Ash-Shiddiq, dan sahabat-sahabat luar biasa pada masa Rasulullah dengan potensi unggulan yang luar biasa.
Kalaupun kita belum bisa seperti sahabat tersebut. Maka suatu amalan yang kita kerjakan tersebut haruslah dilakukan sungguh-sungguh dan konsisten. Tentunya semua memang karena Rahmat Allah.
Apalagi kita sudah usia segini (merenungi usia biologis masing-masing) kita sudah seperti apa capaiannya?
2. Memaafkan itu sudah tidak ada kekecewaan.
Satu kebaikan yang bernama memaafkan ini adalah kebaikan istimewa. Memaafkan dengan standar sudah tidak ada kekecewaan maka kita bisa melihat kebaikan seseorang secara profesional.
Apakah ahli Surga hanya diukur dari ibadah dengan standar tertentu? misalnya shalat tahajud (qiyamullail) sepanjang malam. Tidak. Kita tidak semudah itu untuk “menilai” seseorang ahli Surga dengan capaian-capaian ibadah seseorang yang dhohir (yang nampak) saja.
Seseorang yang ingin menjadi ahli Surga maka dari waktu ke waktu dia lebih baik, dan kebaikannya bertambah.
Ahli Surga tidak hanya dinilai dari ukuran kuantitas ibadah-ibadah dhohir saja (yang nampak), tetapi kualitas amalnya.
Amal unggulan yang bisa kita lakukan dengan kesungguhan, adalah untuk bekal kita menghadap Allah.
Berbuat baik sesuai dengan pos-pos kebaikannya, tidak silau dengan kebaikan orang lain.
baca juga :