Ra Lilur, Ulama Jadab Mirip Nabi Khidlir (13)
Pengusaha Besi Kapok Datang, Rugi Rp 100 Juta, Ayah Mati
Banyak cerita menarik yang dialami Habib Ali Zainal Bin Anis Al Muchdor ketika berkunjung ke kediaman Ra Lilur di Tanah Merah Bangkalan Madura. “Waktu itu saya melihat pakaian Ra Lilur yang sederhana. Saya lantas ingat satu hadits yang mengatakan agar hati-hati terhadap orang yang berpakaian compang-camping. Karena orang itu mulya di sisi Allah. Uniknya, seketika itu Ra Lilur menjawab Salallahalaihi Muhammad,” tutur Habib. Sontak Habib takdim kepada Ra Lilur. Karena apa yang ada dalam hati Habib, ternyata Ra Lilur tahu.
Tak lama kemudian Ra Lilur bertanya kenapa seorang pengusaha besi tua bernama H. Hasan yang tinggal di Cililitan Jakarta tak pernah datang lagi kepadanya. Habib Ali menjawab mungkin sudah jera karena banyak pengalaman pahit yang dialami ketika datang ke Ra Lilur. Menurut Habib, Hasan pernah mengalami tekanan ekonomi. Karena ia mendengar kejadian-kejadian aneh yang dialami Habib bersama Ra Lilur, ia kemudian memutuskan datang kepada kiai jadab itu.
Ia minta do’a kepada Ra Lilur. Ia berharap, cicit Syaikhona Kholil Bangkalan itu, mau mendo’akan, agar usahanya tetap langgeng. Begitu juga kalau ada job baru sukses.
Singkat cerita, setibanya di rumah sang kiai, segera ia disambut ajudan sekaligus dihadapkan kepada Ra Lilur. Hasan lantas menceritakan masalahnya. Ra Lilur mendengar semua cerita Hasan. Namun yang membuat Hasan tak habis pikir, ketika hendak pulang, ia diberi obat sakit kepala Paramex.
Tentu ia bertanya-tanya dalam hati. Dengan diliputi tanda tanya, Hasan pulang ke rumahnya di Jakarta. “Di dalam bus, saya terus mikir. Mau diapakan obat ini. Kenapa pula kiai memberi saya ini,” gumam Hasan seperti ditirukan Habib.
Seminggu kemudian, H. Hasan ternyata tertimpa musibah. Usahanya rugi Rp 100 juta. “Mati aku. Rupanya itu maksud kiai memberi obat,” kata Hasan tersenyum kecut. Sebulan kemudian, di rumahnya, telepon H. Hasan mendadak berdering. Telepon itu dari saudaranya di Tanah Merah, Madura. Ia mengabarkan bahwa abahnya (ayah), yang murid Habib Sholeh Tanggul, Jember, sakit keras. Dilanda rasa gundah tak terkira, ia pun pergi menemui abahnya.
Abahnya terbaring sakit di atas pembaringan. Ia lantas menemui guru abahnya, yaitu Habib Sholeh Tanggul, H. Hasan diminta membawa tasbih. Menurut Habib Sholeh, tasbih itu, selain untuk wirid juga sangat manjur untuk mengobati orang sakit. Sesuai dengan pesan guru, tasbih itu dicelupkan ke dalam segelas air. Selanjutnya, air bekas celupan itu diminumkan kepada orang yang sakit. Semula, penyakit itu memang berkurang. Badan abahnya sedikit enakan. Tapi itu tidak berlangsung lama. Beberapa waktu kemudian, bapaknya kembali jatuh sakit. H. Hasan pun segera beranjak pergi meminta do’a kepada Ra Lilur.
Yang tak membuat H. Hasan heran lagi, ketika Ra Lilur, memberinya kapas, berikut minyak telon. Itu diberikan ketika H. Hasan hendak pulang. Seperti sebelumnya, dalam perjalanan menuju rumah orang tuanya di Tanah Merah, hati H. Hasan, diliputi tanda tanya yang hebat. Begitu tiba di rumah abahnya, ia mendapati banyak orang menangisi kepergian orang tua lelakinya itu. Rupanya, kapas dan minyak telon itu, sebagai perlambang bahwa penyakit orang tuanya tak dapat disembuhkan. “Kapok sudah saya bertemu Ra Lilur,” kata H. Hasan setengah menggerutu.
semoga bisa meneladani kezuhudan beliau akan duniawi
http://setia1heri.com/2016/03/17/tersinggung-di-tilang-pemuda-di-surabaya-ini-nekat-mengembat-ht-polisi-yang-menilangnya/
Baru denger gan
monggo dibaca
Kok saya liatnya malah kaya praktek perdukunan yah om? Walau labelnya kiai banyak kegiatan yang gak sesuai syariat islam, malah lebih sesuai dengan ajaran ajaran kepercayaan / animisme dinamisme
Wkkwkwkwk
http://jildhuz.com/2016/02/21/testimonial-bukanlah-bukti-khasiat-produk/
Ngaji aja belum tamat sudah menuduh yg ndak ndak. Para ulama dan kyai yg sudah hafal kitab aja ndak berani bicara spt itu…..
ya gak perlu khatam kitab, kitab orang muslim itu alquran, yang di contohin nabi itu yang bener, yang gak jelas bisa di sebut perdukunan,
Loe tu yg dukun.punya mulut g d jaga
“Jangan bertanya bila belum Kujelaskan”
Thu yang Ane inget dari cerita Nabi Khidir dlu :v
https://ariifpedrosa.wordpress.com/2016/03/18/free-practice-1-motogp-losail-qatar-2016-lorenzo-gass-poll/
maaf, ora percoyo.
ga percaya…
fix dukun..yg dilihat dr ulama itu ilmu agamax bukan kesaktianx..
Kalo kerjaan berendam dilaut siang malam tetus gak sholat?kalo sakti dibilang karomah karena keturunan kyai,cb aja ikut ruqyah syar’i teriak2 kepanasan gak tuh jin yg nempel yg bikin sakti
Klo ngomong jgn sembarangan bos. Beliau itu wali allah, beliau itu msh keturunan dari sayhona holil bangkalan.msh keturunan sunan gunung jati,asal loe tau ya pak sby,bakri,dll orang penting d negara ini.kli g tau mendingan loe diem drpd kualat,coba loe main k ndalem beliau biar loe ngebukti’in smuanya,mulutmu harimaumu
maddog style… 😛
http://imotorium.com/2016/03/23/ketemu-bus-rumah-sosis-saat-berkunjung-ke-pabrik-tahu-susu-lembang/
Itu wali majedub.. mereka tidak bisa di terima oleh akal manusia biasa karena kesadaranya udh di ambil Allah SWT. Wallahualam..
Dalam hati dan pikiranya hanya Allah SWT sudah tidak memikirkan keduniawian. Urusan mereka ibadah dengan Allah SWT itu urusan mereka pribadi.
mohon infonya alamat beliau sekarang dimana..
Kalo tidak salah di dhalemNya.. Di Desa Banjar Kecamatan Galis Bangkalan
Kalo yang belum pernah merasakan karomah beliau lebih baek jangan komen..beliau itu waliyulloh..
Para kiai di madura semuanya tunduk padanya..
Wallohu a’lam bissawab , yg pnting kt harus sllu baik sangka
Ama smua muslim kecuali dia nyata2 sirik bru ga ada ampun tp
Kt ttp saling doa dg smua saudara muslim waslm ok kn!!!
:-!^_^B-)