Skip to main content

8 Hari yang Istimewa (3)

Part #3

Sore di hari pertama, kami saling bersapa dengan beberapa tamu yang duduk di depan lobi hotel sebelum cek kesehatan. Menanyakan dari mana alamatnya, berapa anggota keluarga yang masuk sini hingga berlanjut ngobrol gayeng. Beberapa jam setelah kedatangan kami, dari Puskesmas yang sama yaitu Manukan membawa tamu terkonfirmasi positif juga satu keluarga.

Beliau bernama Bu Dwi yang domisilinya berdekatan dengan kami. Dua anaknya, suami dan saudara iparnya semua positif.

Ada pula kenalan kami seorang perempuan yang tinggalnya di kos, dan bekerja sering ke luar kota juga positif covid. Beliau menceritakan asli dari Kediri. Saat cek kesehatan menyapa si kecil sambil menunggu antrian panggilan. Tante Icha nama panggilannya. Usianya masih muda.

Sore hari itu juga saya kepikiran si kecil apa difasilitasi juga dengan makanan sesuai usianya. Akhirnya memutuskan untuk membeli bubur ayam sendiri. Antisipasi apabila tidak disediakan makanan untuk usianya. Suami membantu memesankan bubur ayam via aplikasi online. Alhamdulillah meski agak jauh lokasi nya bubur ayam kami peroleh.

Menjelang maghrib tamu yang positif dengan tanpa gejala, maupun bergejala ringan terus bertambah berdatangan. Ya…  covid terus mengalami lonjakan. Klaster keluarga terutama.

——————

Selasa, 8 Juni 2021

“Tok..tok…tok…”, bunyi ketukan pintu diiringi pula suara bel. Saya bergegas menuju pintu untuk membuka siapa yang datang. Nampak dari pintu yang sudah saya buka, petugas dari hotel lengkap dengan menggunakan APD (Alat Pelindung Diri: hazmat) memberitahukan bahwa nanti pukul 7.30 ada kegiatan senam pagi. Himbauan semua penghuni kamar keluar dan diupayakan ikut. Meski nanti tidak ikut sampai selesai senam, minimal keluar untuk berjemur.

Usai menutup pintu saya dan suami serta adik bayi bersegera menyelesaikan sarapan. Pagi itu saat kami turun, ternyata lebih 60 an orang yang sudah mengikuti senam. Itu belum semua tamu keluar untuk ikut senam. Sambil menggendong si kecil, saya ikut senam dengan asal gerak. Semangat sekali instruktur senamnya. Sambil mencontohkan gerakan senam, petugas dengan pakaian hazmat berwarna putih itu juga meneriakkan motivasi semangat kepada semua tamu hotel.

“Suaranya mana?” suara teriakan instruktur senam yang memecah suasana agar semua tamu bersemangat senam.

“Pulang…” jawaban kompak seluruh tamu di halaman gedung hotel. 

Alhamdulillah dengan asal gerak saja sudah cukup membuat keringat keluar di seluruh badan. Terik matahari sangat membantu kami berkeringat. Hari kedua ini saya, suami dan si kecil menjadi perhatian beberapa tamu yang selesai senam memilih duduk-duduk sejenak di depan halaman. Satu per satu menanyakan kepada kami. “Berapa usia adik bayinya? Ikut positif juga?” pertanyaan salah satu ibu-ibu yang duduk dekat kami.

Si kecil adalah tamu dengan usia paling muda diantara semua tamu. Usia tujuh bulan. Bagi tamu-tamu yang bertanya tidak tega saat ikut bersama kami menjalani isoman. Bismillah kami jalani saja. Insyaallah ini adalah takdir terbaik kami.

Kegiatan berikutnya seusai senam adalah tes swab dan cek kesehatan. Semua tamu sudah banyak yang menunggu di antrian tempat duduk di area lobi. Jadwal swab pada pagi hari itu bisa dilihat di grup whatsapp yang sudah diinformasikan saat senam berlangsung. Yang duduk di area lobi adalah tamu yang sesuai jadwal namanya tertera di sana. Namun tidak menutup untuk tamu/pasien dengan keluhan pada saat itu.

Setiap kali swab dan cek kesehatan dilakukan sehari dua kali. Pagi hari usai senam dan ba’da asar pukul 15.30 an. Satu kali swab bisa mencapai lebih dari 90 orang. Antrian juga panjang. Mereka yang swab adalah yang namanya sudah terjadwal sesuai pengumuman. Pembaca bisa membayangkan betapa lelahnya tim medis dan tim Linmas untuk melayani semua tamu isoman. Bagi kita yang belum pernah incip covid dan isoman seperti ini mungkin masih saja abai dengan protokol kesehatan. Tapi bagi kami yang ada di Hotel Asrama Haji dan bagi mereka yang sudah merasakan disapa covid, akan benar-benar menjaga diri dan orang sekitarnya. Ini adalah bentuk rasa empati dan tanggung jawab kita kepada tim medis.

Hari ketiga kami dipertemukan dengan kawan-kawan yang begitu menyemangati kami di hotel. Agar terus berpikir positif. Siapa saja kawan-kawan hebat itu? Nantikan di kisah kami berikutnya.

-bersambung-

Tinggalkan Balasan