8 Hari yang Istimewa
#Part 2
Sejak tahu hasil swab saya dan adik bayi positif, teman dokter menyarankan hari itu juga segera berangkat isolasi mandiri ke rumah sakit yang beliau rekomendasikan. Dengan berat hari Ahad pagi, 6 Juni 2021 saya mulai menyiapkan perlengkapan apa saja yang akan dibawa. Kembali saya buka chat whatsapp dari teman dokter saya. Saya scroll dari awal hingga ke chat paling akhir. Sejenak saya berpikir, kalo saya berangkat isolasi hari ini, besok anak pertama kami tidak ada yang support ujian akhir semesternya.
“Bu dokter, bolehkah saya berangkat hari senin siang?, karena saya masih ingin mendampingi anak pertama untuk menyelesaikan ujian akhir semester di rumah”. Pinta saya kepada Dokter Anis.
Beberapa menit kemudian dokter Anis membalas pesan saya, “Boleh bu”. Jawab beliau.
Ahad siangnya, suami mendapat telepon dari puskesmas, mengabarkan bahwa hasil swab suami positif. Dipersilahkan untuk berangkat isolasi mandiri ke Hotel Asrama Haji. Sambil menunggu informasi kapan harus berangkat ke Hotel Asrama Haji, saya menyiapkan juga pelengkapan suami.
Saat di telepon oleh puskesmas, suami juga menjelaskan hasil swab saya dan adik bayi positif. Puskesmas sempat bertanya mengapa tidak menunggu swab dari puskesmas, kok swab mandiri. Suami menjelaskan karena kondisi adek bayi juga demam sejak hari kamis. Jadi kami antisipatif.
Menguatkan hati, dan berupaya berpikir jernih sejak tahu hasil swab saya, suami dan adik bayi positif. Mendekat ke anak-anak juga bapak dan ibu menguatkan semuanya. Mulai menjelaskan setelah ini kita semua akan berpisah sebentar insyaallah. Anak pertama nampak tegar dengan penjelasan saya. Anak tengah yang perempuan saat saya berikan penjelasan berubah raut riangnya, lesu dan berkaca-kaca. Masker dan jaga jarak di rumah sejak suami sakit kami ketatkan.
Ibu dan bapak, uyut yang juga sedang menginap untuk nengok buyutnya saya berikan informasi bahwa puskesmas akan melakukan swab PCR ke semua keluarga nanti.
—————-
Senin, 7 Juni 2021
Pagi-pagi saat anak pertama menyelesaikan ujian akhir semesternya di hari terakhir, puskesmas mengabari suami untuk berangkat isloasi mandiri (isoman) pukul 14.00. Puskesmas menawarkan mau berangkat mandiri atau diantar ambulan puskesmas. Lantas suami memilih untuk berangkat mandiri saja. Selesai ujian akhir si kakak. Kedua anak saya kumpulkan untuk memberikan penguatan kembali.
“Selama isoman nanti anak-anak di rumah sama uti dan kung ya, doakan semoga segera sehat dan negatif hasil swabnya”. Sambil menahan air mata agar tak jatuh saat menyampaikannya.
Jam demi jam terlewati, hingga tibalah pukul 14.00. Saya, suami dan adik bayi sudah bersiap dengan tiga tas bawaan untuk isoman. Awalnya suami berniat bawa kendaraan roda empat. Tapi melihat kondisinya yang lemas, beralih pesan kendaraan online lewat salah satu aplikasi. Sebenarnya tidak diperkenanan sih untuk naik kendaraan online oleh puskesmas, tapi kami tetap berangkat saja.
Di tengah perjalanan, puskesmas menelepon kembali, apa sudah sampai di Hotel Asrama Haji.
“Masih diperjalanan bu”, jawab suami. Petugas medis puskesmas menyampaikan beberapa pesan kepada suami sesampainya di lokasi apa yang harus dilakukan sebelum menutup percakapannya di telepon.
Tepat usai adzan asar berkumandang kami tiba di lokasi. Hotel Asrama Haji. Saya dan adek bayi menunggu dekat resepsionis. Suami mendekat ke meja resepsionis. Usai menunjukkan identitas diri ke petugas resepsionis dan menerima kunci kamar, kami segera mencari lokasi kamarnya. Ruangan dan suasana hotel nampak ada kerusakan di sana-sini. Plafon banyak berlubang. Cat atau walpaper dinding yang mengelupas. Bangunan juga nampak retak di beberapa tiang penyangga. Lift yang kami gunakan nampak kotor di dinding dan lantainya.
Alhamdulillah sesampainya di ruangan kamar, suami bergegas menunaikan sholat asar.
Pukul 15.30 an kami turun ke lobi untuk melakukan cek kesehatan di awal sebagai tamu baru. Cek tekanan darah. Cek saturasi oksigen. Tim medis juga menanyakan apakah ada keluhan atau tidak. Tiga bungkusan obat kami terima dari tim medis. Berisi vitamin C, obat penurun panas, dan anti virus.
Tim medis juga mengarahkan untuk scane barcode via whatsapp agar bisa masuk grup tamu hotel asrama haji. Grup whatsapp yang berisikan informasi dari admin Hotel Asrama Haji. Informasi kapan harus cek kesehatan, kapan jadwal swab, kapan ambil jatah makan dan jadwal kepulangan tamu apabila sudah negatif.
Hari pertama isoman di Hotel Asrama Haji masih membuat kami mempelajari apa saja yang harus kami ikuti di sana. Bingung iya. Sedih iya. Senang juga ada. Dulu pernah nyeletuk sama anak-anak “kapan ya bisa nginep bareng keluarga di hotel?”, sekarang Allah mengabulkan dengan kondisi yang di luar dugaan. Alhamdulillah perasaan nano-nano tadi tetap saya nikmati sebagai bentuk kasih sayang Allah. Berusaha berpikir positif terus. Bahwa ini adalah takdir terbaik-Nya.
-bersambung-