Anak Kreatif dengan Coret-coret Tembok. Anak dengan segala keunikannya , akan mendorong kita untuk selalu belajar. Belajar memahami karakter anak secara utuh. Bahwa setiap anak memiliki potensi unik serta kreativitasnya masing-masing. Termasuk salah satunya adalah kreativitasnya mencoret-coret tembok. Tak perlu marah, yang bisa mematikan daya imajinasi anak lewat coret-coret tembok.
Kita berikan respon positif kepada anak atas kretaivitasnya. Respon positif menurut Miftakhul Jinan sebagai berikut:
- Memfasilitasi aksi kreatif dengan menyediakan papan tulis atau kertas lebar yang bisa di pasang di tembok sekitar ruang “belajar” (bermain) anak beserta dengan alat tulisnya (bisa crayon, spidol, stempel, dll)
- Terus mengawal anak hingga tuntas perkembangan motoriknya. Salah satunya adalah dengan memberikan stimulus sesuai dengan tahapan perkembangan secara optimal. Melatih dengan pendampingan orang dewasa akan sangat membantu optimalisasi tumbuh kembang anak. Motorik kasar misalnya dengan kegiatan bergulung, memanjat, berlari, dll. Sedangkan melatih motorik halus anak bisa dengan kegiatan bermain pasir, plastisin, tanah liat, playdough lempar tangkap bola, dll. Kegiatan motorik halus ini bertujuan untuk melemaskan otot jari tangan.
- Setia mengingatkan anak terhadap kebersihan dan keindahan tempat tinggal. Beri contoh nyata dengan mengajak anak untuk melihat dan “menikmati” arena bermain yang ada di taman, arena game di mall. Lantas beri kesempatan anak untuk membandingkannya dengan kondisi rumah kita yang agak kotor karena coretan yang ada di dinding rumah kita.
- Ajarkan anak untuk disiplin mengambil mainan atau alat “belajar” nya serta ingatkan untuk mengembalikan di tempatnya semula.
- Hargai setiap karya anak. Berupa apresiasi bisa pujian serta menempelkan hasil karyanya itu di tempat yang anak sering berada dan semua anggota keluarga bisa melihatnya. Tentunya dengan kesepakatan terlebih dahulu.
- Berilah contoh pada anak tentang menuangkan ide melalui alat tulis, kertas, dan buku sebagai media penyalurannya. Semisal, kegiatan sehari-hari kita seperti menulis di buku harian, mencatat agenda hari esok di diary, atau mencatat pengeluaran belanja di buku catatan belanja ibu. Hal ini akan menumbuhkan anggapan pada anak bahwa tembok bukanlah media yang tepat untuk mencoret-coret.
Nah, itulah respon positif sebagai solusi memfasilitasi anak agar kreativitasnya coret-coret tembok bisa diarahkan dengan pendampingan orang tua. Memang mencoret-coret dinding tembok bagi anak adalah perilaku yang wajar. Namanya juga anak-anak. Bukan orang dewasa.
Semua akan ada masanya. Yang terpenting kita selalu mendampingi tumbuh kembang anak agar tak terlewat sebelum masa anak itu pergi.
*Bahan bacaan: Jinan, Miftakhul. 2011. Alhamdulillah Anakku Nakal. Sidoarjo, Filla Press