Skip to main content

Anak Kreatif dengan Coret-coret  Tembok

Anak Kreatif dengan Coret-coret  Tembok. Masa pandemi ini beruntunglah bagi mereka yang mengisinya dengan aktivitas produktif. Salah satunya adalah membaca dan menulis. Menulis dan membaca ibarat dua sisi mata uang. Tak bisa dipisahkan. Sahabat warganet sudah baca buku apa saja selama pandemi?

Membuka lagi buku-buku parenting. Membuat diri ini sebagai ibu madrasah utama dan pertama bagi anak-anak merasa harus banyak evaluasi dan berbenah diri. Termasuk mendampingi anak-anak dalam masa tumbuh kembangnya. Bagi para perempuan yang sudah menajdi ibu, atau yang masih jomblowati perlu banyak memborong dan mencari ilmu tentang pengasuhan.

Setelah sekian tahun mendampingi anak-anak mungkin baru tersadar dan paham ternyata anak-anak kita tak harus diperlakukan selayaknya orang dewasa. Anak-anak memiliki dunianya sendiri. Bukan dunia orang dewasa. Tak perlu pemaksaan atas perilaku anak-anak hingga menyulut emosi para ibu. Tak perlu berkata “harusnya begini”, namun tumbuhkanlah perasaan suka untuk melakukannya.

Jangan sampai ibu akhirnya melabeli anak dengan mudahnya. Mencap anak seenak lisan ibu. Ah, betapa ngerinya padahal ucapan dari lisan ibu adalah doa. Sedikit saja anak bersikap atau berperilaku tak sesuai harapan orang tuanya, lalu berkata “kamu ini nakal”. Label dan cap kepada anak dengan kata-kata seperti itu sudah lumrah dilakukan di masyarakat kita. Keluarga yang belum paham dan menyadari bahwa dengan melabeli kata-kata demikian maka anak akan semakin kuat mengulangi sikap yang sudah dia lakukan. Padahal belum tentu itu disebut sebagai kenakalan si anak.

Misalnya anak suka mencoret-coret tembok dinding area ruangan rumah. Setiap kali ada dinding kosong anak berusaha memcari alat tulis dan menuangkan coretannya di sana. Namun, karena kekurang pahaman si ibu, marahlah dan melarang anak melakukan hal tersebut.

Pakar parenting Miftakhul Jinan dalam bukunya “Alhamdulillah Anakku Nakal”, beliau menjelaskan tentang  penyebab anak suka mencoret-coret di tembok dari pada di kertas atau buku:

  1. Anak-anak dengan daya fantasi dan imajinasi yang membumbung tinggi. Menyebabkan anak akan menuangkan kreativitasnya di tempat manapun yang dia suka.
  2. Tahapan perkembangan motorik anak, baik itu motorik halus dan motorik kasar. Usia balita kesulitan untuk menuangkan simbol-simbol angka, huruf di media yang sempit. Kertas atau buku yang terbatas. Berbeda dengan anak usia sekolah dasar.
  3. Menuangkan imajinasi bagi anak tak harus di planning secara rapi dan harus menunggu waktu yang tepat. Spontanitas adalah ciri anak dalam menuangkan daya imajinasinya. Inilah yang mendorong anak untuk memanfaatkan apa saja yang nampak olehnya.
  4. Ukuran gambar dan tulisan “abstrak” yang cenderung besar-besar, disamping karena perkembangan motorik halus pada anak, juga disebabkan karena anak merasa perlu hasil karyanya dilihat dan diketahui oleh orang lain. Karena anak cenderung senang diperhatikan, dipuji dan dihargai oleh orang sekitarnya.
  5. Menurut Neurolog, pada usia anak-anak, perkembangan otak emosi jauh lebih awal dan cukup pesat daripada otak rasional. Inilah yang menyebabkan tingkah laku kreatif pada anak lebih berkembang dan tampak menonjol.

 

Bersambung,…

 

Tinggalkan Balasan