Skip to main content

Komunikasi Efektif dengan Anak (bagian#2)

Komunikasi Efektif dengan Anak (bagian#2). Kehidupan bahagia tidak terlepas dari kunci utamanya yaitu komunikasi. Anak-anak yang bahagia adalah anak-anak yang di dalam keluarga terjalin komunikasi yang baik. Masih melanjutkan dari review program Mozaik pagi radio Suara Muslim Surabaya bersama Siti Fauziyah konselor TK Al Falah Surabaya.

Komunikasi akan bisa lebih mendekatkan anak kita, atau sebaliknya justru bisa menjauhkan anak-anak dengan orang tuanya. Orangtua harus cerdas bagaimana  meletakkan komunikasi yang baik. Komunikasi yang terjalin baik antara anak dan orangtua sejatinya pasti dirindukan oleh anggota keluarga. Ada saja yang akan disampaikan anak ke orangtua. Anak akan mencari ibunya untuk bercerita. Kita harus punya tempat di hati anak kita. Basic hubungan antar manusia adalah komunikasi. Komunikasi based on Al Qur’an.

Kita ummatnya Rasulullah maka rujukannya adalah Al Qur’an. Ketika kita gali luar biasa apa yang sudah disampaikan  di Al Quran. Berikut ada enam macam komunikasi pada anak kita.

Pertama qaulan sadida. Perkataan yang benar. Bila orangtua sudah pernah berbohong maka anak tidak akan punya trust lagi kepada kita. Misalnya anak terjatuh sampaikan “hati-hati licin nak,  pakai sandal yang kering agar tidak jatuh.”  Bukan saat anak terjatuh kemudian yang salah adalah sandalnya, yangg salah adalah mejanya, atau kodoknya. Kalo kita pengen berkomunikasi efektif dengan anak kita jujur adalah kuncinya. Contoh lain, apabila ada tamu anak disuruh bilang bunda ndak ada. Padahal bunda ada di dalam rumah. Contoh lain, saat anak bertanya bunda aku gemuk ga sih? Maka sampaikan anak memang timbangan berat badanmu berapa sekarang? Berat badan sehat ideal  itu apabila diukur proporsi berat badan dan tinggi badan. Ukur lah dengan obyektif. Jangan menyenangkan anak dengan berbohong. “Enggak kok adek tidak gemuk.” Tidak perlu seperti itu. Obyektif itu penting, meski pahit. Sampaikan dengan kata-kata yang tidak menyakiti.

Kedua qaulan layyinah. Kata-kata yg lembut, tidak menyinggung. Nak ayok ngaji. Bukan kak kamu itu di sekolah islam kok ndak mau ngaji! Cercaan akan tertolak kepada anak. Ketiga qaulan ma’rufah. Berkata yang baik. Jangan mencerca anak. Hargai anak. Anak punya kepekaaan yang sudah dititipkan Allah kepadanya. Semisal anak tidak sengaja memecahkan gelas. Anak sudah tahu kalo gelasnya pecah, dan dia akan meminta maaf. Bukan malah emosi lalu nyerocos marah-marah. Jangan sampai kita mencela anak kita, menyakiti harga diri mereka. Hingga anak mempunyai pikiran bundaku ini nylekit  ya kalo ngomong. Jangan sampai kata-kata itu terekam di anak. Orangtua perlu latihan. Ada dua hal yang membuat orangtua berkata nylekit  :yaitu Innerchild punya pengalaman masa lalu. Kedua : budaya. Budaya seseorang di daerah tertentu akan berpengaruh pada cara berkomunikasi. Berkata keras sebagai contohnya. Daerah pesisir dekat pantai akan membawa budaya seseorang berkata keras. Berkata keras dan berkata kasar itu beda. Ada anak yang biasanya bicaranya keras. Asisten rumah tangganya ternyata dari pesisir.Ikutlah si anak dengan cara komunikasi dari asisten rumah tangga tersebut.

Orangtua sebaiknya dekat dengan Allah. Maka pegang anak akan mudah, anak akan dekat dengan kita. Fitrah anak itu akan tahu mana guru yang dia tulus maka dia akan dekat. Dialog dengan anak. Pembicaraan dialogis akan lebih efektif. Pembicaraan dialogis antara Ibrahim dan Ismail. Pandai-pandainya orangtua meletakkan posisi kita dengan anak. Orangtua harus terus latihan. Kita mulai dari awarness diri kita.

Faktor lingkungan juga berpengaruh. Selain orangtua. Teman sekolah, televisi turut memberi andil bagaimana komunikasi anak dengan orangtuanya.  Kita kondisikan apabila si anak satu rumah dengan keponakan. Dia juga punya orangtua. Bukan menjudge keponakan dengan kata-kata kurang baik, karena efeknya juga akan ke hubungan orangtuanya. Berupaya terus menggelontor dengan kata-kata yang baik setiap waktu saat keponakan berkata kurang sopan.  InsyaAllah upaya kita juga akan berdampak kepada orangtuanya.

Empat qaulan balighoh. Fasih. Berkata jelas. Artikulasi yang benar. Kenyataan yang ada orangtua malah menebalkan kata-kata yang salah. Sebagai contoh anak usia balita saat berucap satu, bilang atu lalu bunda arau ayahnya juga dilafalkan sama dengan anak. Sebaiknya beri contoh artikulasi, pelafalan yang tepat. Penting untuk literasi cara bicara yang benar. Bukan menjadi untuk lucu-lucuan. Anak harus diberi contoh yang benar sedini mungkin. Agar memiliki kemampuam berbicara yang benar

Lima qaulan karima. Kita menempatkan lawan bicara kita di posisi yang tepat. Jangan karena kita ingin akrab lalu kita panggil dengan sebutan cempluk, dll. Belajar memuliakan orangtua dan memuliakan lawan bicara. Memuliakan lawan bicara itu terlihat dari bahasa tubuh. Memegang pundak anak, wajah yang menyenangkan. Maka  anak akan mencontoh, memproduksi cara kita berkomunikasi dan mempraktikkan ke lawan bicaranya. Aku ingin bicara seperti bundaku. Karena bundaku nyaman kalo bicara, menyenangkan.

Ayah bunda mari menjadi komposer yang handal untuk anak kita. Memilih kata-kata yang tepat untuk anak-anak yang mudah tersinggung. Pendekatan yang tepat untuk anak kita. Agar anak bergeser kepribadiannya. Berkepribadian lebih baik.  Alhamdulillah ayah sudah nyaman dengan cara berkomunikasimu.

Saat anak berkata kotor. Jangan men-judge anak. Scanning anak. Anak ini belanja kulakan kata-kata dari mana? Kita harus tahu dulu dari mana sumbernya. Fitrah anak itu berkata baik. Chip dari Allah sudah diberikan kata-kata yang baik. Maka jangan cerca anak. Misal, kakak baik alhamdulillah bunda diberi Allah kakak yang baik. Ambil sisi positif anak yang disampaikan terlebih dahulu.

Keenam qaulan maisuroh. Kata-kata yang santun dan berkesan. kata yang pantas. Kalo bicara kepada orangtua, orang jawa tengah dengan bahasa krama inggil misalnya. Anak nyaman ngobrol dengan kita. Kita berbicara sesuai dengan tahapan usia anak. Kalo anak paud ya sesuaikan bahasa anak paud. Pola berpikirnya. Kepada siapa kita berbicara itu menentukan supaya ada kontak batin yang nyaman dan akhirnya komunikasi yang nyaman.

Anak adalah unik. Maka jadi orangtua pembelajar terus. Komunikasi adalah ekspresi terbaik untuk anak-anak. Mari mulai membangun komunikasi efektif dari diri kita dan keluarga kita. Komunikasi cinta karena Lillah. (nra)

#agustusbulanmerdeka

#komunikasiefektif

#komunikasicinta

#day1

One thought to “Komunikasi Efektif dengan Anak (bagian#2)”

Tinggalkan Balasan