Skip to main content

Level Kebahagiaan

Khsblog.net- Level Kebahagiaan. Setiap orang pasti mendambakan kebahagiaan. Sering dijumpai pernyataan atau tulisan bahwa bahagia itu sederhana. Kita sebagai manusia tentunya mendambakan kebahagiaan secara utuh dalam hidup. Tidak bisa dipungkiri kebahagiaan adalah faktor penting dalam kehidupan manusia. Namun, apakah kita tahu betul apa itu kebahagiaan?Kebahahagiaan pun dimaknai secara berbeda dari masing-masing orang.

Membeli barang sesuai keinginan dan menimbulkan kesenangan itu disebut kebahagiaan. Berhasil mendapatkan jabatan di sebuah institusi, lembaga, atau perusahaan itu juga dikatakan kebahagiaan. Mengajak keluarga rekreasi dan menikmati kebersamaan ini juga bagian dari kebahagiaan. Membuat orang lain tersenyum dengan bantuannya itu pun juga disebut sebagai kebahagiaan. Masih banyak lagi ragam kebahagiaan yang bisa disebutkan dari aktivitas kehidupan manusia.

Martin Seligman seorang tokoh yang bergelut dalam psikologi positif menjelaskan bahwa kebahagiaan dapat ditandai dengan adanya kondisi psikologis yang positif didukung dengan tingkat emosi positif yang tinggi dan tingkat emosi negatif yang rendah.

Banyak cara dilakukan oleh kita untuk mencapai sebuah kebahagiaan. Namun, kebahagiaan juga bisa bersifat sementara, artinya kebahagiaan tersebut tidak benar-benar membuat kita bahagia atau kebahagiaan tersebut hanya berlangsung dalam jangka waktu tertentu. Hal itu membuat kita melakukan upaya apapun untuk mencari kebahagiaan yang sebenarnya/autentik.

Melalui Al-Qur’an Allah memberikan penjelasan tentang kebahagiaan. Kebahagiaan yang dicita-citakan oleh manusia mulia, manusia penuh keteladanan yaitu Rasulullah Shallahu alaihi wassalam untuk ummatnya.

  1. At-Taubah ayat 128:

لَقَدْ جَاۤءَكُمْ رَسُوْلٌ مِّنْ اَنْفُسِكُمْ عَزِيْزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيْصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِيْنَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ

Sungguh, benar-benar telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri. Berat terasa olehnya penderitaan yang kamu alami, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, dan (bersikap) penyantun dan penyayang terhadap orang-orang mukmin

Ayat tersebut memberikan penjelasan bahwa Rasulullah yang mendambakan kebahagiaan bagi ummatnya, yaitu:

  1. Berat bagi beliau jika ummatnya menderita: عَزِیزٌ عَلَیۡهِ مَا عَنِتُّمۡ
  2. Sangat menginginkan keimanan dan keselamatan untuk ummatnya : حَرِیصٌ عَلَیۡكُم بِٱلۡمُؤۡمِنِینَ
  3. Penyayang dan penyantun terhadap orang mukmin :

رَءُوفࣱ رَّحِیمࣱ

Psikolog Doktor Martin Seligman University Pensylvania menjelaskan tiga level menuju kebahagiaan:

  1. Pleasant Life/Hidup yang menyenangkan

Mengejar kebahagiaan dengan kesenangan pribadi. Semua bersifat materialistis. Ini banyak dijangkiti oleh orang-orang zaman sekarang. Semuanya mendasarkan pada uang. Orang yang telah puas mendapatkan kebahagiaan materi.

  1. Good Life/Hidup yang baik, sukses

Ketika orang yang sudah mendapatkan kenikmatan pribadi, mereka akan berusaha mendapatkan kesuksesan di masyarakat. Mempunyai saluran untuk aktualisasi diri. Tidak hanya mengejar hidup yang menyenangkan tetapi kesuksesan. Dengan tindakan yang sama namun tujuan berbeda. Kembali ke orangnya masing-masing.

  1. Meaningfull life/Hidup yang berarti.

Merupakan kebahagiaan yang tertinggi. Mereka yang sudah memahami level dua saja (good life) dia tidak memahami level ini. Pada level kebahagiaan ini meskipun tubuhnya lelah, uangnya menipis tidak menghentikannya untuk terus berbuat baik. Komentar orang lain “ngapain ngabisin uang, ngabisin waktu, kedudukan juga tidak di dapat,” tidak membuat mereka yang sudah di level meaningfull life berhenti mengukir kebaikan kapanpun dan dimanapun.

Di dalam ajaran agama Islam level tertinggi adalah itsar. Itsar adalah akhlak emas dalam tuntunan Islam.

Itsar secara bahasa bermakna melebihkan orang lain atas dirinya sendiri. Sifat ini termasuk akhlak mulia yang sudah mulai hilang di masa kita sekarang ini,  Padahal akhlak mulia ini adalah puncak tertinggi dari ukhuwah islamiyah dan merupakan hal yang sangat dicintai oleh Allah dan juga dicintai oleh setiap makhluk.

Memang jika dilihat dari timbangan logika, hal ini merupakan hal yang sangat berat, mengorbankan dirinya sendiri demi kepentingan orang lain tanpa mendapatkan imbalan apapun. Akan tetapi di dalam agama islam, hal ini bukanlah suatu hal yang mustahil. Tinta emas sejarah telah menuliskannya, bagaimana sikap itsar kaum muslimin terhadap saudaranya. Allah berfirman mengenai sambutan orang-orang Anshar terhadap orang-orang Muhajirin,

وَالَّذِينَ تَبَوَّءُوا الدَّارَ وَالْإِيمَانَ مِنْ قَبْلِهِمْ يُحِبُّونَ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِمْ وَلَا يَجِدُونَ فِي صُدُورِهِمْ حَاجَةً مِمَّا أُوتُوا وَيُؤْثِرُونَ عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ ۚ وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

Dan orang-orang yang telah menempati Kota Madinah dan telah beriman (Anshar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang-orang yang  berhijrah kepada mereka. Dan mereka tiada memiliki keinginan di dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (orang Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu). Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Al-Hasyr: 9)

Doktor Martin Seligman juga memberikan eksperimen kepada beberapa orang. Pertama menyuruh untuk makan es krim, dan kedua adalah menyuruh menjadi relawan tugas sosial ke panti Jompo.

Eksperimen tersebut ternyata memberikan hasil bahwa makan es krim memang enak tetapi es krimnya habis. Sedangkan menjadi relawan mendapatkan senyuman dari yang sudah dibantu, serta membuat kecanduan melakukan kebaikan berikutnya.

Kebahagiaan di level ketiga ini adalah kebahagiaan yang berarti.

Selama kita di dunia pasti akan melihat kehidupan tidak sempurna. Sawang sinawang (ungkapan bahasa Jawa tentang perilaku membanding-bandingkan kehidupan diri sendiri dengan orang lain). Pepatah ini mengandung ajaran untuk tidak membanding-bandingkan kehidupan seseorang dengan orang lain, karena apa yang dipandang belum tentu seindah atau semudah yang tampak. Pepatah ini juga mengajak orang untuk tidak iri dengan kesuksesan orang lain,selalu bersyukur dan menerima.

Hidup selalu ada masalah dan ada solusi, kemudian diberikan masalah lagi. Kita tidak akan pernah puas atau bahagia selama kita tidak mau menerima, sambil kita menerima masalah maka akan terasa ringan dengan masalah tersebut.

Penerimaan itu solusi terbaik.  Penerimaan itu adalah dalam arti syukur.

Dalam konsep kebahagiaan level ketiga ini , sebagaimana Rasulullah mengatakan manusia yang paling berat ujian adalah para Nabi dan Rasul.

Aisyah radhiyallahu ‘anha pernah bertanya kepada Rasulullah, “Engkau sudah dijamin masuk Surga? Namun engkau masih ibadah sebegitunya, sholat hingga kakimu bengkak.”

Lantas Rasulullah menjawabnya, “Tidak bolehkah aku menjadi hamba yang bersyukur”

Mengejar kebahagiaan di level ini bukan hanya kepada manusia saja. Tetapi juga sampai pada mahluk yang lain.

Kisah seseorang yang memberikan air kepada anjing. Dengan tindakannya itu Allah menyampaikan kebaikan laki-laki tadi yaitu dengan memberikan pahala dan diampuni dosanya.

Kita diajarkan senantiasa memberi, dampaknya tidak hanya di dunia tetapi ke akhirat.

Kebahagiaan di level meaningfull life adalah pilihan terbaik untuk kita. Level meaningfull life adalah bentuk kesyukuran manusia kepada Sang Pencipta. Level meaningfull life mengajarkan kita untuk menghadapi kehidupan dengan positif. Kebahagiaan yang kita cari bukan hanya level dunia, tetapi yang hakiki adalah kebahagiaan akhirat.

Silaturrahim dan bersedekah menunjukkan bahwa kita tidak hanya fokus pada diri sendiri, namun kepedulian terhadap manusia. Bahagianya kita adalah hadir menjadi bagian dari pemecah masalah.

Keyakinan spiritual kadang membuat seseorang berpikir di luar nalar.***

 

 

 

Tinggalkan Balasan