Khsblog.net- Tiga Definisi Syawal. Masih suasana Syawal dan masih memberikan semangat ibadah. Semoga Allah menerima ibadah kita di bulan Ramadhan. Semoga setiap tahun yang kita lalui menjadi kebaikan.
Dua doa yang selalu dipanjatkan para sahabat Nabi Muhammad Shallahu alaihi wassalam ketika usai Ramadhan. Pertama berdoa agar bertemu kembali dengan bulan Ramadhan. Kedua, berdoa agar diterima amalnya.
Tugas ibadah kita hakikatnya adalah dari Ramadhan ke Ramadhan. Ramadhan adalah tempat rehat. Peluang membersihkan diri. Kesempatan sebagai manusia untuk mensucikan diri dari dosa. Semoga diampuni dosanya.
Idul Fitri adalah kembali suci. Bersih.
Sudah berapa ramadhan dilalui? Kalau sudah usia 40 tahun misalnya, serta kita baligh di usia berapa maka sebanyak itulah ramadhan yang telah kita lalui.
Ada 3 definisi Syawal.
Pertama, Syawal berarti peningkatan. Setelah madrasah Ramadhan ada peningkatan dalam hidupnya. Bertambah yakin, bertambah dekat kepada Allah. Bertambah ketergantungan pada Allah.
Dulu masih muda kita ketakutan akan masa depan. Setelah melalui Ramadhan maka harusnya tidak ada lagi ketakutan-ketakutan. Justru pasca Ramadhan sudah semakin tenang. Karena semakin yakin dan dekat dengan Allah.
Tugas kita memperbaiki diri kita. Agar Allah mencintai diri kita.
Ramadhan menambah perbaikan kualitas diri, antara lain:
- Setelah Ramadhan bertambah ibadahnya. Pasti Ramadhan bertambah ibadahnya. Sesudah Ramadhan harusnya juga demikian.
- Bertambah amal sholihnya. Proyek-proyek kebaikan. Tidak hanya di Ramadhan. Tetapi setelahnya juga. Terkait pekerjaan, semakin berprestasi. Spiritnya juga semakin meningkat.
- Bertambah indah akhlaknya. Yang gampang marah tambah sabar. Yang gampang mengejek, jadi mengajak. Masih ada rasa ketika saudaranya senang kok masih tidak senang, maka harus ada yang diperbaiki dari diri kita. Senang saat saudara kita senang, maka itu adalah karunia kebaikan dari Allah. Karena kebersihan hatinya. Orang masuk surga adalah yang paling bersih hatinya. Yang ikhlas dalam amalnya.
Ketika masih ada rasa tidak senang saat saudara/teman kita mendapatkan kebahagiaan maka kita sadari itu kekurangan, maka banyak istighfar.
Paksa silaturrahim, banyak sedekah, memberikan pujian. Ini sebagai latihan untuk bisa mengasah agar lepas dari penyakit hati.
Jadilah engkau hamba Rabbani (beribadah karena Allah) bukan hamba Ramadani (rajin ibadah hanya di saat bulan Ramadhan). Ibarat habis masuk di ruangan terjadi banyak hal, begitu selesai keluar dari ruangan, itu yang menjadi hal yang bisa dinilai dari dirinya.
Ruh kebaikan yang Allah berikan kepada kita adalah karunia yang harus terus dijaga.
Makna kedua, Syawal yaitu permulaan yang baik untuk memulai sesuatu. Proyek untuk memulai kebaikan, waktu yang terbaiknya di bulan Syawal. Istri yang tidak mau pernah minta maaf lebih dulu kepada suami. Maka bisa dimulai di Syawal. Ibu yang biasanya kurang sabar. “Ingatkan aku kalau aku nada tinggi”. Bisa mulai memperbaiki diri di bulan Syawal.
Hubungan dengan anak. Hubungan dengan tetangga. Hubungan dengan relasi bisnis. Ibarat baterai yang full power, maka momentum tepat untuk memulai kebaikan.
Semakin dewasa semakin bertambah umur maka semakin baik ibadahnya, akhlaknya dll. Ketika akhlaknya dengan saudaranya maka baik pula kepada sesamanya.
Makna ketiga, Syawal adalah istimror. Berkelanjutan. Allah menghendaki kita melanjutkan kebaikan ibadah di bulan Ramadhan. Jangan sampai melebur. Hilang tak berbekas. Ramadhan pergi, maka kebaikannya pun ikut pergi. Nauzubillah.
Justru pasca Ramadhan terjaga ibadahnya dan terus berkelanjutan. Sama seperti haji mabrur. Semakin baik ibadahnya setelah dari haji.
Al-Qur’an Surat Fushilat ayat 30: (tentang istiqomah)
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ
Sesungguhnya orang-orang yang berkata, “Tuhan kami adalah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat-malaikat akan turun kepada mereka (dengan berkata), “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu bersedih hati; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan kepadamu.”
Menjaga ramadhan tandanya istiqomah. Orang yang istiqomah hidupnya tegar. Menjadi pribadi yang kuat. Kokoh. Terus meningkatkan kualitas diri. Puasanya ular atau puasanya ulat. Berpuasalah seperti ulat, jangan seperti puasanya ular. Klik di sini Puasa Ulat dan Puasa Ular – K H S blog
Istiqomah dengan tambahkan ilmu. Hadist tentang keutamaan orang-orang berilmu:
مَنْ أَرَادَ الدُّنْيَا فَعَلَيْهِ بِاْلعِلْمِ، وَمَنْ أَرَادَ الآخِرَهَ فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ، وَمَنْ أَرَادَهُمَا فَعَلَيْهِ باِلعِلْمِ
Barangsiapa yang hendak menginginkan dunia, maka hendaklah ia menguasai ilmu. Barangsiapa menginginkan akhirat hendaklah ia menguasai ilmu, dan barangsiapa yang menginginkan keduanya (dunia dan akhirat) hendaklah ia menguasai ilmu. (HR. Ahmad)
Anak-anak kehilangan esensi dalam belajar. Hanya mengejar nilai. Bisa disampaikan dengan hadist ini.
Lingkungan yang baik juga membuat diri istiqomah.
Menyibukkan diri dengan ketaatan, akan mengikis penyakit hati.
Dunia hanya sementara semuanya akan kembali ke kampung akhirat. Maka agar hidup tidak menggak-menggok ingat orientasi hidup kita.
Banyak berdoa. Tidak ada yang bisa menjamin kehidupan kita. Apalagi nanti hidup di akhirat.
Ali Imron ayat 8:
رَبَّنَا لَا تُزِغۡ قُلُوۡبَنَا بَعۡدَ اِذۡ هَدَيۡتَنَا وَهَبۡ لَنَا مِنۡ لَّدُنۡكَ رَحۡمَةً ۚ اِنَّكَ اَنۡتَ الۡوَهَّابُ
(Mereka berdoa), “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau condongkan hati kami kepada kesesatan setelah Engkau berikan petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu, sesungguhnya Engkau Maha Pemberi.”
Ujian orang beda-beda. Anak-anak juga bisa menjadi sumber fitnah. Sertinggi-tinggi tempat bergantung hanya Allah. Saling mengingatkan dan menguatkan. Kalau lihat saudaranya/teman lagi melemah/rapuh segera disilaturahmi, di chat dll, sekarang banyak cara/kemudahan silaturrahim.
Allah hadirkan mereka sebenarnya untuk memperbaiki diri kita.
Semoga bermanfaat, catatan dari nasihat oleh seorang guru kepada muridnya.***
Wallahu a’lam bishowaf