Skip to main content

Latih Anak Mandiri Inilah 15 Tips Membangun Jiwa Kemandirian Anak Bagian 2

KHSblog.net- Latih Anak Mandiri, Inilah 15 Tips Membangun Jiwa Kemandirian Anak Bagian 2. Kemandirian anak bukanlah sesuatu yang instan. Ada proses panjang yang harus dipersiapkan sejak dini. Karena kemandirian bukanlah sebuah sunnatullah yang pasti akan terjadi dalam pertumbuhan dan perkembangan anak, maka harus ada ikhtiar untuk mewujudkannya.

Berikut ini adalah beberapa prinsip yang dapat kita terapkan sebagai orang tua dalam membangun jiwa kemandirian anak-anak. Melanjutkan dari 15 T tulisan blog sebelumnya yang bersumber dari buku berjudul Pemuda Bukan Remaja karya Kiki Barkiah.

8. Terlibat 

Untuk melatih mereka mengambil tanggung jawab sosial kelak, biasakan anak-anak terlibat dalam kegiatan keluarga yang bermanfaat untuk kepentingan bersama. Libatkan mereka sesuai dengan kemampuan dan tahapan usia.

Tumbuhkan kepekaan mereka terhadap kondisi lingkungan. Sehingga mereka tidak tumbuh menjadi anak yang apatis dan hanya mementingkan kepentingan sendiri.

Saat usia mereka lebih besar, dorong mereka untuk terlibat dalam kegiatan sosial kemasyarakatan. Semakin banyak terlibat, semakin banyak pengalaman, semakin banyak kesempatan bagi mereka untuk belajar memecahkan masalah, maka semakin cepat meraih kemandirian, insya Allah.

9. Tanggung jawab 

Sejak usia 7 tahun, secara bertahap kita mulai memberikan mereka tanggung jawab. Bermula dari tanggung jawab yang berkaitan dengan pribadi, kemudian secara bertahap yang berkaitan dengan orang lain dan lingkungan yang lebih luas.

Anak-anak yang tumbuh dalam pengasuhan banyak anak berpotensi memiliki banyak kesempatan untuk belajar dan bertanggung jawab.

Melihat kerepotan orang tua mengasuh banyak anak dapat menumbuhkan kepedulian dalam diri anak untuk membantu saudaranya, minimal menyelesaikan masalah pribadi agar tidak menambah pekerjaan orang tua.

Namun demikian tetaplah bijak untuk mempertimbangkan usia anak dalam memberikan tanggung jawab, sehingga anak diperlakukan dalam keluarga sesuai dengan tahapan usia bukan berdasarkan statusnya sebagai kakak atau adik di dalam rumah.

10. Tanpa ART 

 

Kehidupan rumah tangga tanpa bantuan ART biasanya mengkondisikan anak-anak lebih cepat tanggap dan peduli terhadap kondisi sosial dalam lingkungan keluarga.

Libatkan anak-anak menjadi asisten dalam rumah tangga kita sehingga mereka akan semakin matang dalam menghadapi masalah, produktif dalam memanfaatkan waktu, serta terbiasa memberikan bakti terbaiknya kepada orang tua sedari kecil.

Ketiadaan ART juga bisa mendorong seorang anak untuk lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan dirinya. Namun bila tidak memungkinkan, jangan posisikan ART sebagai pelayan dalam kebutuhan anak-anak.

Posisikan ART sebagai asisten membantu kita dalam melakukan tanggung jawab dalam rumah tangga, termasuk terlibat dalam proses memandirikan anak-anak.

Apabila hal itu sulit untuk kita capai, maka hilangkanlah peran ART dan mintalah kepada Allah kesabaran dan kemampuan dalam menjalankan kehidupan tanpa ART demi tercapainya tujuan melahirkan generasi yang tangguh dan berkualitas.

11. Tantangan 

Beri anak-anak tantangan untuk menguji sejauh mana kemampuan mereka dalam menyelesaikan masalah. Mungkin sesekali kita akan menemukan bahwa tantangan yang kita berikan terlalu rumit. Jangan salahkan anak ketika mereka tidak dapat melakukannya dengan sempurna, turunkan sedikit kadarnya lalu secara bertahap naikkan kembali.

Bijaklah dalam memberikan tantangan agar mereka juga tidak merasa putus asa atau frustasi dalam menjalankan tugas yang kita berikan.

Namun jangan memberikan hidup mereka tanpa ada tantangan sehingga kita tidak memberikan kesempatan bagi mereka untuk merealisasikan kemampuan mereka yang sesungguhnya.

12. Trust

Dalam memberikan tanggung jawab dan tantangan, kita perlu memberikan trust atau kepercayaan kepada mereka. Meskipun mereka masih tidak sempurna, salah, atau bahkan gagal dalam melakukannya, tetaplah berikan kepercayaan untuk mencoba.

Kepercayaan yang diberikan harus diiringi oleh kesiapan kita memberikan bantuan saat mereka terbukti belum berhasil dalam melakukan sesuatu.

Meninggalkan mereka begitu saja dalam ketidakberhasilan akan mempengaruhi kepercayaan diri mereka.

Buatlah mereka percaya dengan kemampuannya melalui kepercayaan yang kita berikan kepada mereka.

Kepercayaan akan memberikan ruang untuk mencoba sejauh mana batas maksimal kemampuan yang mereka miliki.

13. Tega

Saat anak merasakan kesusahan, kesulitan dan kepayahan dalam proses belajar untuk mandiri, terkadang timbul perasaan tidak tega dalam diri orang tua yang membuat kita ingin sesegera mungkin menolong mereka keluar dari masalah.

Maka memiliki perasaan tega membiarkan anak menjalani proses dalam merintis sesuatu adalah hal yang dibutuhkan untuk memandirikan seorang anak.

Namun tentunya perasaan tega berbeda dengan “kekejaman”. Tetaplah mengukur kelayakan, kepatutan, dan kemampuan anak dalam belajar bertanggung jawab.

14. Takdir dan tarbiyah Allah 

Ada proses belajar yang tidak diberikan oleh sekolah yang dibuat oleh manusia. Sesungguhnya Allah melalui serangkaian takdir dan ketetapan-Nya, tengah memberikan sekolah kehidupan bagi manusia.

Kurikulum Allah adalah kurikulum terbaik dalam kehidupan manusia. Serahkan pendidikan terbaik anak-anak kita kepada Allah melalui serangkaian takdir dan tarbiyah langsung dari Allah.

Biarkan anak menjalani jalan kehidupannya sesuai dengan takdirnya. Ingatlah bahwa takdir kita dan takdir mereka adalah berbeda. Maka tidak semua hal dapat kita bandingkan atau paksa untuk menjadi sama.

15. Tulus berdoa 

Doa adalah senjata utama seorang muslim, terutama orang tua.

Tuluslah berdoa agar semua tugas, tanggung jawab, tantangan, takdir dan tarbiyah dari Allah pada akhirnya menghantarkan anak-anak menuju kemandirian dalam menjalankan kehidupan yang bermartabat di dunia sekaligus mempersiapkan bekal terbaik di akhirat kelak.

Sehingga mereka bukanlah termasuk generasi lemah yang digambarkan dalam Al-Qur’an sepeninggal kita.

Demikian 15 T tips membangun jiwa kemandirian anak, semoga bermanfaat untuk para orang tua.

Baca juga:

[display post tag=anak]

Tinggalkan Balasan