Kisah Sang Singa Khaibar: Ali bin Abi Thalib
Saat lahir, ia diberi nama oleh ibunya Haidarah, kemudian suaminya memberinya nama Ali, maka dikenalah anak itu dengan nama Ali bin Abi Thalib. Ali adalah sepupu Rasulullah dari garis ayah, ibu ali bernama Fathimah binti Asad. Ali tumbuh menjadi seorang pemuda yang sederhana, bahkan kesederhanaannya terus melekat hingga ia menjadi khalifah.
Suatu saat, Ali tidak sengaja melihat Rasulullah dan istrinya Khadijah shalat. Lalu Ali bertanya apa yang sedang mereka lakukan, lalu Rasulullah menjawab “ini adalah ibadah kepada Allah” dan Rasulullah mendakwahi Ali. Setelah berbicara dengan ayahnya Ali pun memutusan untuk masuk islam, Ali pun masuk islam pada umur 8 tahun.
Saat kecil, Ali pernah diasuh oleh Rasulullah karena saat itu Abu Thalib sedang dilanda kesulitan. Dalam asuhan Rasulullah, Ali tumbuh menjadi pribadi yang mengagumkan. Ia sangat cerdas dan mudah menyerap apa saja yang diajarkan Rasulullah.
Ali berencana ingin menikahi Fatimah binti Muhammad, tetapi ia tidak memiliki apapun untuk dijadikan mahar. “Lalu dimana baju besi Huthamiyah yang pernah kuberikan?”, tanya Rasulullah, “Masih ada ya Rasulullah” jawab Ali. Kemudian Ali menikah dengan Fathimah dengan mahar baju besi tersebut.
Setelah peristiwa pembunuhan khalifah Ustman bin Affan, tidak ada yang menjadi khalifah. Lalu setelah pangangkatan pemimpin baru, masyarakat Madinah pun sepakat untuk mengangkat Ali sebagai khalifah, saat menjadi khalifah Ali sangat adil. Saat ingin berangkat menuju medan perang Shiffin, Ali kehilangan baju besinya. Kemudian dia menemukannya, akan tetapi baju besi itu diakui milik seorang yahudi, kemudian dia mengadu ke hakim dan menunjukkan bukti bahwa baju besi tersebut adalah miliknya. Tetapi Hakim memutuskan baju besi tersebut milik si yahudi, karena Ali tidak bisa mencari bukti lainnya yang meyakinkan hakim tersebut.
Tetapi jawaban Ali sangat mengejutkan, ia menerima keputusan tersebut. Lalu setelah pengadilan selesai belum beberapa langkah yahudi tersebut mengakui bahwa baju besi tersebut milik Ali. Ia mengambilnya saat Ali hendak berangkat menuju Shiffin.
Jadi sifat yang bisa kita ambil dari kisah Ali adalah, kita bisa saja menjadi pemimpin, tetapi kita tidak boleh seenaknya, kita harus adil walaupun derajat kita berbeda. (Bimasakti)
Suorce: 64 Sahabat Teladan Utama: Singa Khaibar