Skip to main content
ramadhan bersama anak-anak keluarga setia1heri

Fenomena Afatul Lisan (Bahaya Lidah), Yuk Kendalikan dengan Meneladani 3 Sahabat Nabi Muhammad

Khsblog.net- Fenomena Afatul Lisan (Bahaya Lidah), Yuk Kendalikan dengan Meneladani 3 Sahabat Nabi Muhammad. Afatul lisan adalah ungkapan kata yang memiliki arti bahaya lidah. Hal itu bukan karena lidah selalu membawa mudharat bagi manusia. Dengan lidah, seseorang dapat berbicara dan menyampaikan maksudnya. Namun harus disadari pula, betapa banyak orang yang tegelincir karena lidahnya akibat tidak mampu menjaga ucapan dan perkataan yang keluar dari lidahnya. Oleh karena itu sangatlah penting seorang muslim memahami bahaya lisan dalam kehidupan seperti memahami manfaat lisan.

sakti belajar ngaji saat ramadhan

Dua hal penting yang sering diingatkan Islam kepada kita adalah menjaga dan memelihara dengan baik lidah dan tingkah laku. Seperti pesan Rasulullah SAW kepada kita semua:

“Siapa saja beriman kepada Allah SWT dan Hari Kiamat, hendaklah berkata yang baik atau diam.”

Pesan itu menekankan pentingnya menjaga tutur kata bukan karena hal itu buruk dan menyakiti hati, melainkan bertutur sembarang tanpa dipikirkan dulu dapat membawa pada permusuhan, kekacauan, bahkan pertumpahan darah.

Dengan menjaga lidah dan tutur kata, terjalin kehidupan yang tentram, damai dan Sejahtera di tengah masyarakat sepanjang masa. Dalam konteks itu, Rasulullah SAW berpesan supaya menjaga lidah dan tingkah laku agar tidak mengganggu dan melampaui batas atau melanggar hak dan muru’ah (wibawa) orang lain.

Lidah adalah salah satu ayat Allah SWT dan nikmat-Nya. Wajib bagi manusia memelihara lidahnya dari dosa dan kemaksiatan yang dapat menimbulkan penyesalan dan kerugian. Lidah akan menjadi saksi pada hari kiamat.

“Pada hari (Ketika), lidah, tangan, dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka tehadap semua yang dulu mereka kerjakan.” (An-Nur[24]: 24)

Lidah termasuk nikmat Allah SWT yang sangat besar bagi manusia. Kebaikan darinya melahirkan  manfaat yang luas dan kejelekan darinya membuahkan keburukan yang panjang. Lidah adalah alat paling penting yang dapat dimanfaatkan setan untuk menjerumuskan manusia.

Lidah merupakan sarana bagi manusia menyampaikan maksud yang diingankan kepada orang yang diajak bicara sehingga orang yang diajak bicara dapat memahami maksudnya. Tanpa lisan, seseorang akan sulit berbicara dan menyampaikan sesuatu yang diinginkan kecuali bahasa isyarat.

Fenomena bahaya lisan yang terkini dan viral yaitu bapak Sonhaji penjual es the yang diolok-olok oleh seorang Gus. Benar adanya apabila kita ingin melihat kualitas seseorang maka dilihat dari lisannya. Walaupun dia punya gelar yang berderet deret.  Namun ketika berbicara tidak mencerminkan IQ nya. Tanpa tawadhu’.

Peperangan bisa terjadi karena lisan. Itulah dahsyatnya lisan. Perpisahan suami istri. Kebencian seorang anak kepada ibunya, dst.

Allah juga telah mengingatkan manusia untuk menjaga lisannya, yaitu di QS. Al Hujurat ayat 11:

يٰۤاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا لَا يَسۡخَرۡ قَوۡمٌ مِّنۡ قَوۡمٍ عَسٰٓى اَنۡ يَّكُوۡنُوۡا خَيۡرًا مِّنۡهُمۡ وَلَا نِسَآءٌ مِّنۡ نِّسَآءٍ عَسٰٓى اَنۡ يَّكُنَّ خَيۡرًا مِّنۡهُنَّ‌ۚ وَلَا تَلۡمِزُوۡۤا اَنۡفُسَكُمۡ وَلَا تَنَابَزُوۡا بِالۡاَلۡقَابِ‌ؕ بِئۡسَ الِاسۡمُ الۡفُسُوۡقُ بَعۡدَ الۡاِيۡمَانِ‌ ۚ وَمَنۡ لَّمۡ يَتُبۡ فَاُولٰٓٮِٕكَ هُمُ الظّٰلِمُوۡنَ

 

Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olokkan) perempuan lain (karena) boleh jadi perempuan (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela satu sama lain dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barangsiapa tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zhalim.

Dalam kitabnya Ihya Ulumiddin, Imam Al-Ghazali, mengemukakan setidaknya ada 14 macam bahaya lidah yang harus diperhatikan manusia.

  1. Ucapan yang tiada gunanya

“Sesungguhnya seorang hamba benar-benar mengucapkan kata-kata tanpa dipikir yang menyebabkan dia tergelincir ke dalam neraka yang jaraknya lebih jauh antara timur dan barat.”(HR. Muttafaqun ‘alaih dari Abu Hurairah)

“Tidak ada satu ucapan pun diucapakan, kecuali di dekatnya ada malaikat Raqib dan ‘Atid.” (QS. Qaf [50]: 18)

 

  1. Berbicara yang berlebihan

“ Tidak akan lurus keimanan seorang hamba hingga lurus pula hatinya dan tidak akan lurus hatinya hingga lurus lidahnya. Seorang hamba tidak akan masuk surga selagi tetangganya belum aman dari kejahatan lidahnya.”

 

  1. Ucapan yang mendekati kebatilan dan maksiat

“Dan sungguh Allah telah menurunkan kekuatan kepada kamu di dalam Al Quran bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan (oleh orang-orang kafir), maka janganlah kamu duduk beserta mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain. Karena sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian), tentulah kamu serupa dengan mereka. Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua orang-orang munafik dan orang-orang kafir di dalam Jahannam,” (QS. An Nisa ayat 140)

 

  1. Bebantahan, bertengkar dan debat kusir

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.” (QS. An Nahl ayat 125)

 

  1. Bercanda dan senda gurau

Bercanda yang benar sajalah yang dibenarkan dalam Islam. Rasulullah acapkali bercanda. Rasulullah bersabda, “ Sesungguhnya saya (nabi Muhammad SAW) suka bersenda gurau dan tidak mengatakan kecuali yang benar,” seperti kisah Rasulullah SAW bersama seorang nenek yang bertanya ia termasuk ahli surga tau bukan.

 

Rasulullah menjawab, “ Hanya orang muda yang menghuni surga,”. Si nenek pun terkejut dan akhirnya Rasulullah SAW menerangkan bahwa semua manusia akan menajdi muda Kembali jika masuk surga.

 

Rasulullah berkata, “ Sesungguhnya engkau (hai ibu tua) tidak lagi berupa seorang tua bangka pada waktu itu (yakni setelah masuk surga). Karena Allah Ta’alla berfirman,’ Sesungguhnya Kami menciptakan (bidadari-bidadari) dengan langsung. (Maksudnya tanpa proses kelahiran dan langsung menjadi gadis dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan.”

 

Hadits itu dan hadits yang lain banyak menceritakan cara Rasulullah SAW bercanda. Sesungguhnya bercanda yang benar masih diperbolehkan.

 

Beberapa da’I banyak yang menggunakan banyolan dalam penyampaian dakwahnya, tetapi kadang keterlaluan. Padahal Islam adalah agama yang serius, bukan untuk dijadikan bahan tertawaan. Masyarakat yang mendengar da’i-da’I berbanyol hanya akan mendapatkan lucunya, sedangkan ilmunya hilang terbawa gelak tawanya. Sungguh Allah sangat murka pada sesuatu yang berlebihan, termasuk tertawa.

 

Hadits lain menyebutkan bahwa sesungguhnya bercanda itu menyempitkan hati. Hadits itu menerangkan pula bahwa gigi geraham Rasulullah SAW tidak pernah terlihat Ketika sedang tertawa. Beliau hanya tersenyum.

 

  1. Melaknat Binatang atau benda apalagi manusia

Hadits Abu Darda berbunyi, “ Tukang-tukang laknat tidak akan menjadi pemebri syafaat dan pemberi kesaksian pada hari kiamat.” (HR. Imam Muslim)

 

  1. Ucapan dengan syair yang buruk

Menurut Said Hawa bahwa yang dimaksud adalah syair yang buruk yaitu yang tidak menambah keimanan tetapi syair itu membangkitkan hawa nafsu,

 

  1. Ucapan yang menyebarknan rahasia

Dari Abu Sa’id Al Khudri, Rasulullah SAW bersabda: “ Sesungguhnya sejelek-jelek orang di sisi Allah pada Hari Kiamat kelak adalah suami yang sudah mencurahkan segala kasih saying kepada istrinya dan istrinya pun sudah menyerahkan segala kasih saying kepadanya, kemudian dia (suami) menyebarkan rahasia istrinya (dan istrinya membuka rahasia suaminya).” (HR. Imam Muslim)

 

  1. Ucapan Dusta/berbohong dalam perkataan, janji dan sumpah.

“Maukah kamu aku tunjukkan perihal dosa besar?” Kami menjawab, “Ya, tentu, wahai Rasulullah.” Rasulullah menjelaskan, “Menyekutukan Allah, durhaka kepada kedua orang tua, Oh ya (ada lahi) berkata dusta.” (HR. Muttafaqun ‘alaih)

 

  1. Ucapan ghibah

“Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat, Maha Penyayang.” (QS. Al-Hujurat ayat 12)

 

  1. Ucapan sanjungan yang menjerumuskan

Pujian sekali-kali perlu diberikan. Hal itu membuat orang lain berusaha untuk bekerja lebih baik lagi karena pada dasarnya semua orang mendambakan penghargaan walaupun hanya berupa kata pujian. Rasulullah SAW memberikan reward kepada para sahabatnya disertai doa. Misalnya Sa’ad Bin Abi Waqash pernah didoakan Rasulullah SAW tentang dua hal, yaitu jika berdoa pasti dikabulkan dan jika memanah pasti kena pada sasaran. Itulah sanjungan yang dilandasi persahabatan yang dibangun atas dasar cinta kepada Allah.

 

Lain lagi dengan “sanjungan-sanjungan palsu” yang selalu keluar dari mulut orang yang “mencari muka”. Biasanya kita dapati pada Masyarakat yang berbudaya paternal sangat kuat, budaya “asal bapak senang”, atau budaya “yes man” diikuti berbagai gelar yang acapakali disematkan sebagai tanda loyal bawahan kepada atasan, misalnya bapak Revolusim Wali ul amri, bapak Pembangunan dan bentuk sanjungan yang pada akhirnya justru menghancurkan orang itu.

 

Fir’aun yang selalu disanjung dan dipuja rakyatnya, pada gilirannya medeklarasikan dirinya sendiri sebagai Tuhan dan kita tahu kehidupan Fir’aun sangat tragis dan mengenaskan. Hanyan Allah SWT yang pantas mendapat segala  sanjungan dan pujian.

 

  1. Menyebutkan hal yang bikin malu, kejelekan diceritakan untuk ditertawakan Maka “biarkanlah mereka tertawa sedikit dan menangis yang banyak, sebagai balasan terhadap apa yang selalu mereka perbuat.” (QS. At-taubah yat 82)

 

  1. Ucapan adu domba atau menghasut.

“Tidak akan masuk surga orang yang suka mengadu domba.” (HR. Muttafaqun ‘alaih)

  1. Bertanaya yang bukan-bukan, hingga memberatkan orang yang menjawab.

“ Semua yang aku larang dari (mengerjakan)-nya, jauhilah. Semua yang aku perintahkan kalian untuk (melakukan)-nya, lakukan sesuai dengan kemampuan kalian karena sesungguhnya yang menghancurkan orang-orang sebelum kalian adalah karena banyaknya pertanyaan mereka (yang diajukan) dan perselisihan mereka dengan para nabi (yang diutus kepada) mereka.” (HR. Imam Bukhari dan Imam Muslim)

 

  1. Banyak omong untuk mendapatkan haknya

“Orang yang amat dibenci di sisi Allah SWT adalah orang yang banyak omong.” (Al Hadits)

  1. Ucapan yang menyakitkan

Imam Hasan Al Basri  mengemukakan bahwa lidah orang berakal terletak di belakang akalnya. Jika ia hendak berkata, dipikirkannya lebih dulu. Jika perkataan itu kira-kira bakal bermanfaat baginya, ia akan mengucapkannya. Jika dirasakan membahayakan dirinya, ia diam.

 

Adapun hati orang dungu terletak di belakang lidahnya. Jika ia mau berkata, langsung saja diucapkannya, termasuk mengatakan yang tidak pernah dikerjakan serta membungkus keburukan hati dan keculasan perangai dengan ucapan indah berbunga-bunga.

 

Mari belajar dari para sahabat, mengontrol lisan. Karena lisan akan memwbawa kepada dua hal yaitu menumbuhkan kebaikan atau sebaliknya. Karena itu menjaga lisan sangat penting dalam kehidupan seorang muslim.

 

Diantara beberapa sahabat yang bisa dijadikan rujukan untuk mengendalikan lisan adalah:

  1. Abu Hurairah

“Saya tidak pernah berbicara kecuali itu kebaikan.”

Berhati-hati berbicara. Bukan kuantitas tetapi kualitas. Jangan berbicara dulu baru dipikir.

  1. Tidak berbicara kecuali isinya kebaikan
  2. Berbicara yang penting.

 

  1. Umar bin Khattab

“Aku menyesal apabila aku berbicara yang tidak perlu.” Dalam beberapa kesempatan memberikan nasihat:

“Lisan adalah alat yang paling mudah untuk merusak amal”

Ketentraman dalam masyarakat itu bisa rusak karena lisan pemimpinnya. Harusnya lisan itu menjadi penegak dan mengokohkan dalam kebaikan.

 

  1. Aisyah binti Abu Bakar

Aisyah mengajarkan bagaimana menjaga lisan tidak hanya menghindari keburukan tetapi lisan yang membawa kebaikan. Dengan lisan kita bisa untuk mendamaikan orang yang berseteru.

Dalam hal mendamaikan pasangan suami istri dibolehkan untuk berbohong. Ketika itu ditujukan untuk sesuatu yang penting. Mengucapkan kata-kata yang menjaga kedamaian.

Menjauhi bahaya lidah dengan dua hal yaitu, mejaga mulut agar tidak kemasukan barang haram, menjaga mulut agar tidak mengeluarkan kata-kata yang tidak seharusnya. Masuk keluranya sesuatu dari mulut itu harus benar-benar dijaga sebab letak keselamatan manusia di dunia dan akhirat terletak pada kemampuannya menjaga hal itu.

Demikian tulisan ini sebagai nasihat, introspeksi untuk diri sendiri, dan semoga bermanfaat untuk pembaca setia khsblog.net.

baca juga :

Tinggalkan Balasan