KHSblog.net-Mudik yang Dinantikan. Lebaran Idul Fitri tak terlepas dari momen tahunan yaitu mudik. Mudik merupakan tradisi tahunan pulang ke kampung halaman dengan durasi beberapa waktu. Tradisi mudik ini memang unik, ada banyak cara yang ditempuh untuk menunaikannya.
Menurut Guru Besar Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, Prof. Dr. Ibnu Hamad, M.Si, “mudik” berasal dari kata “udik” yang berarti kampung. Mudik juga diartikan sebagai aktivitas pulang ke kampung halaman.
Ada pula yang menyebut bahwa mudik berasal dari bahasa Jawa Ngoko, yakni ‘mulih dilik’ yang berarti “pulang sebentar”. Sementara, Kamus Bahasa Besar Indonesia (KBBI) mengartikan mudik dengan “ke udik” atau “pulang ke kampung halaman”.
Tradisi mudik ini juga kami lakukan setiap tahun, kecuali dua tahun yang lalu saat pandemi hanya bisa merayakan hari raya 1 Syawal secara virtual.
Mudik adalah perjuangan setiap keluarga. Mengapa merupakan perjuangan? Karena setiap keluarga pasti berkorban waktu, dana serta fisik yang prima. Ada yang menempuh perjalanan dengan mengendarai mobil pribadinya, ada yang cukup bersabar bersama roda duanya, serta ada pula yang rela berbesar hati dengan naik kereta api berlama-lama di perjalanan.
Seperti halnya keluarga besar kami yang saat ini sudah berkeluarga dan merantau berpencar di belahan bumi Jawa Timur. Ada yang menetap di kota Pahlawan, ada yang memilih di kota lumbung pangan Bojonegoro, serta ada yang jauh di ujung Timur Jawa yaitu Banyuwangi.
Mudik selain sebagai tradisi tahunan saat Idul Fitri, mudik adalah ladang pahala sebagai bentuk birrul walidain (berbakti kepada orang tua). Inilah esensi dari mudik yang sesungguhnya. Sejauh apapun jarak perjalanan yang harus ditempuh, tak menjadi penghalang untuk menunaikan ibadah ghairu maghdoh yang istimewa.
Selepas i’tikaf di penghujung Ramadhan 1444 H (malam 29) prepare segala pernak-perniknya.
Mempersiapkan pakaian anggota keluarga yang kini tak hanya berempat. Jurus melipat ala Konmari (melipat ala Jepang) sangat membantu packing praktis. Satu koper besar cukup untuk perlengkapan ganti baju berlima.
Tak hanya persiapan perbajuan. Seharian memastikan kondisi kendaraan aman di bengkel langganan. Alhamdulillah cek mobil aman. Persiapan fisik saat masih berpuasa pun juga terus disampaikan kepada anak-anak.
Berdoa dan terus bersabar dalam perjalanan. Ah, momen ini begitu membahagiakan. Anak-anak begitu senang berangkat mudik. Terimakasih ya Rabb atas nikmat bisa safar dan diizinkan selamat sampai tujuan.
Mudik tahunan ini memang dinantikan semua muslim. Mudik yang dinantikan karena ada kebersamaan dengan keluarga besar. Mudik yang dinantikan karena ada rindu bersilaturahim bersama handai taulan.
Selamat mudik ya sahabat, semoga selalu dalam lindungan Allah. Selamat sampai kampung halaman hingga kembali ke rumah dengan aman serta mudik berkesan.
Baca juga:
[display post tag = Syawal]