Preman Jadi Pahlawan. Sungguh Allahlah sang pemilik hati. Siapa saja yang dikendaki baik maka baiklah dia. Sebaliknya siapa yang dikehendaki-Nya buruk maka kemana lagi tempat meminta dan berharap. Seperti halnya kisah Umar bin Al Khattab. Singa Padang Pasir.
Setiap kali melihat Umar bin Al Khattab berjalan, orang-orang terkesiap. Dibalik ketegasannya Umar juga kecerdasannya dia adalah orang yang selalu membela bangsanya dengan tulus tanpa pamrih. Ya, semangat membela bangsanya yang begitu besar. Menjaga agama dan tradisi nenek moyangnya. Apapun dilakukannya. Karena tak ingin agama dan bangsanya mendapat ancaman dari manapun. Termasuk Islam.
Umar termasuk kaum Quraisy yang amat keras sikapnya terhadap kaum muslimin. Karena Islam dan kaum muslimin dianggap mengancam agama dan bangsanya. Penganiayaan pun dilakukannya untuk melindungi bangsanya. Begitu kerasnya Umar memusuhi Islam kala itu.
Pernah suatu hari Umar menganiaya seorang hamba sahaya. Hamba sahaya ini diam-diam sudah memeluk agama Islam. Hukuman berupa cambukan diterimanya dari Umar. Terus-menerus Umar mencambuk hamba sahaya ini. Hingga tangan Umar lemas. Kelelahan. Mengerikan siksaan yang didapatkan hamba sahaya ini. Meski siksaan perih, Islam tetap menjadi pilihannya.
Keras dan tak pandang bulu. Umar berulah layaknya preman. Saat agama dan bangsanya diusik. Namun, hidayah itu pasti datang. Ya, datang kepada mereka yang mencarinya. Upaya Umar untuk menghabisi Rasulullah saat itu adalah jalan hidayahnya. Adakah yang belum tahu bagaimana kisah keislaman Umar Singa padang Pasir?
Umar ditugasi oleh kafir Quraisy untuk membunuh Rasulullah. Saat perjalanan menuju kediaman Rasulullah, Umar bertemu sahabat Rasulullah. Nu’aim namanya. Nu’aim tergaket mengetahui tujuan Umar, lalu Nu’aim berusaha menasehati Umar. Namun Umar semakin meninggi emosinya. Nu’aim tak bisa mencegah niat Umar.
Sebelum Umar bergegas menemui Rasulullah, Nu’aim menyampaikan bahwa keluarganya sudah ada yang memeluk Islam. Mengikuti Rasulullah. Alangkah marahnya Umar. “Siapa? “ dengan mata menyala. Nu’aim menjawab: “ saudaramu Fatimah, iparmu dan anak pamanmu”. Umar naik pitam. Bagaimana dirinya sampai tidak yahu kalau mereka sudah masuk Islam.
Umar berganti tujuan untuk menuju rumah Fatimah. Sesampai di sana Umar mendengar seseorang membaca Al-Qur’an. Dirinya yang masih emosi lalu menggedor pintu rumah Fatimah. Tak menyangka, dan kaget dengan kedatangan Umar. Fatimah cepat-cepat menyembunyikan lembaran Al-Qur’an.
Saaat ditanya oleh Umar suara apa tadi? Fatimah dan suaminya berkata: “ hanya cerita kami berdua”. Lalu Umar mendesak mereka berdua untuk mengakui bahwa keduanya sudah memeluk agama Muhammad. Meski keduanya menyangkal, Umar terus memaksa. Hingga terjadilah pertengkaran. Umar terus memukuli Sa’id bin Zaid. Fatimah segera menghampiri Umar untuk mencegah Umar memukuli suaminya. Namun Fatimah juga menjadi sasaran pemukulan kakaknya sendiri. Hingga wajah Fatimah terluka.
Melihat tindakan Umar yang kalap seperti itu akhirnya mereka mengakui keislamannya. “Kami telah beriman kepada Allah. Kami sudah menjadi pengikut setia Muhammad. Sekarang lakukan apa saja sesukamu.” Jawab Fatimah.
Melihat darah mengalir dari wajah Fatimah. Umar pun merasa iba. Dengan nafas tersengal-sengal Umar pun meminta lembaran-lmebaran Al-Qur’an yang disembunyikan Fatimah. Umar ingin melihat isinya. Fatimah mengizinkan untuk diambil dan dilihat Umar, dengan syarat Umar harus bersuci terlebih dahulu dan tidak merusaknya.
Ayat yang dibaca Umar saat itu adalah surat Thaha ayat 1-8 dan ayat 14-16.
”…agar tiap-tiap diri itu dibalas dengan apa yang dia usahakan.”(Q.S. Thaha:15)
Surat cinta Allah itu telah berhasil menghunjam ke dalam hati Umar. Cahaya Islam telah terpancar di hatinya. Umar berkata: “Yang mengatakan ini pastilah Tuhan yang tidak ada tuhan lain yang disembah bersama-Nya.”
Lantas Umar segera ingin menemui Rasulullah. Betapa bahagianya Fatimah. Kakaknya yang perangainya keras, tegas, dan tega melakukan apapun untuk menghukum pengikut Muhammad. Luluh saat membaca firman Allah.
Sebelumnya Rasulullah pun juga telah mendoakan dua orang ini. “Ya Allah, muliakanlah Islam dengan orang yang paling Engkau cintai dari kedua orang ini, dengan Abu Jahl bin Hisyam atau dengan Umar bin Al Khattab.” (H.R.Tirmidzi)
Hingga akhirnya Umar bertemu Rasulullah bersama para sahabat. Umar berucap ikrar di depan Rasulullah: “Ya Muhammad, saya datang kemari untuk bertemu denganmu dan saya berikrar untuk beriman kepada Allah, kepada Rasul-Nya, dan kepada apa yang dibawanya dari sisi Allah.”
Rasulullah bertakbir mendengar pernyataan Umar. Tak bisa membayangkan betapa bahagianya Rasulullah kala itu. Seorang Umar yang pemberani, tangguh, tegas, dan setia memeluk Islam. Bergabung membersamai perjuangan Rasulullah.
Demikian halnya para sahabat bergembira tas masuknya Umar ke dalam agama Islam. Adanya Umar tentu akan menguatkan, mengukuhkan perjuangan dakwah Rasulullah. Sepak terjang Umar selama ini akan menjadi perisai, garda terdepan umat Islam.
Sungguh apabila Allah sudah menghendaki kebaikan untuk seseorang tak akan ada yang bisa menghalangi. Termasuk Umar bin Al Khattab. Umar yang awalnya memusuhi Islam. Kini menjadi sahabat Rasulullah terdepan membela Islam dengan segenap jiwa dan raganya.
Masa jahiliyah Umar yang layaknya preman kini berbalik arah menjadi pahlawan. Umar menjadi pembela agama Allah. Pembela umat Islam. Umar totalitas membersamai perjuangan Rasulullah.
-Catatan pagiku: Novita Ratna Andadari-
#IDareToReborn
#Batch2
#SpiritNabawiyahCommunity
#Day6
#challengegambar
#challengetulisan
#SygmaDayaInsani
https://www.facebook.com/Spirit-Nabawiyah-Community-110969039738075/