Skip to main content

Nasihat Sahabat (3)

Tidak lama setelah itu satpam memberitahukan kepada Bima dan Deva kalau mereka sudah dijemput orang tua masing-masing. Dalam perjalanan pulang, Bima dan Bunda melihat orang yang sedang membuang sampah di pinggir jalan. Bagaimana cerita selanjutnya ya? Simak sampai habis kawan.

“Astaghfirullah… kenapa sih orang itu buang sampah sembarangan, kan sudah ada tulisannya dilarang membuang sampah, mengganggu kenyamanan orang di jalan aja,”ujar Bunda.

“Iya, Bun, merusak pemandangan juga kan, Bun,” Bima melanjutkan.

Bima merapikan barang barangnya setelah sampai di rumah, lalu Bima menyampaikan kepada Bunda apa yang dijelaskan Deva tadi.

“Bun, tadi waktu pulang sekolah, Deva bilang ke Bima, sekarang itu ada progam memilah sampah dari rumah, kalau nggak salah namanya Zero.. zero.., zero apa ya Bun,  Bunda sudah tau atau belum?” tanya Bima.

“Ooo, Zero Waste yang memilah sampah dari rumah itu kan?” jawab Bunda sambil tersenyum.

“Iya bun, Zero Waste itu maksudnya gimana sih?” tanya Bima.

“Zero Waste dalam bahasa Indonesia artinya Bebas Sampah, tapi Zero Waste itu tidak hanya mengenai memilah atau mendaur ulang, Zero Waste memiliki 5M, yaitu : menolak, mengurangi, menggunakan kembali, mendaur ulang dan membusukkan, jadi intinya Zero Waste itu gerakan bebas sampah,” Bunda menjelaskan mengenai Zero Waste kepada Bima.

“Ooo, gitu ya bun,” Jawab Bima.

Setelah itu Bunda mengajak Bima untuk memilah sampah yang ada di gudang.

“Nak, sampah yang masih bisa dipakai kumpulkan ya,” perintah Bunda.

“Sampah yang masih bisa dipakai itu  sampah seperti apa bun?” tanya Bima.

“Sampah kardus, botol plastik, tutup botol, kertas bekas, kaleng bekas dan lain sebagainya,” jawab Bunda.

“Siap Bun,” jawab Bima.

Keesokan harinya, seperti biasanya Bima bersiap untuk menuju ke sekolah. Dalam perjalanan, Bima melihat ada anak yang sedang memakan jajannya, tetapi bungkus jajannya dibuang sembarangan.

“Astagfirullah…. kok bungkus jajannya dibuang disitu sih, padahal kan tempat sampahnya dekat, mungkin dia belum tahu,” ujar Bima dalam hati.

Sampai di sekolah, Bima kebingungan karena teman temannya membawa alat kebersihan.

“Dev, ini kenapa sih kok pada bawa alat kebersihan?” tanya Bima.

“Loh, kamu lupa ya, kan sekarang ada kerja bakti bersih-bersih sekolah,” jawab Deva sambil mengingatkan.

“Aku nggak bawa alat kebersihan Dev, gimana nih?” Bima kebingungan.

“Kamu pake lap-ku aja, aku bawa sapu sama lap buat bersihin jendela,” Deva meminjamkan lap nya untuk Bima.

“Makasih ya Dev,” Bima berterimakasih kepada Deva.

Bima dan Deva membersihkan kelas mereka terlebih dahulu, Bima mengelap jendela dan  Deva menyapu.

“Ngelap-nya di tekan Bim, biar bersih,” ujar Deva.

“Siap pak,” jawab Bima.

Usai kerja bakti mereka berdua merapikan alat kebersihan.

“Nah, gini kan enak, indah di pandang, bersih, dan rapi,” ujar Bima.

“Iya Bim, sepatu sama kamu,” jawab Deva.

“Kok sepatu Dev?” tanya Bima kebingungan.

“Maksudnya sepakat dan setuju sama kamu,” jawab Deva sambil tertawa. Bima pun tertawa mendengar jawaban Deva.

Kerja bakti telah selesai kini saatnya istirahat, Bima dan Deva pergi ke kantin bersama. Selesai makan Bima segera membuang bungkus jajannya ke tempat sampah.

“Alhamdulillah kamu sudah tertib buang sampah ditempatnya, Bim,” Deva memuji Bima karena perubahan sikapnya.

“Iya, terima kasih ya Dev, kamu selalu mengingatkan aku untuk selalu menjaga kebersihan. Kan bersih di mulai dari diri sendiri. Tapi kalau cuma satu dua orang yang melakukan gak bisa dong, jadi semua warga Surabaya juga harus menjaga kebersihan, agar Surabaya ini menjadi kota bebas sampah,” ujar Bima.

“Setuju pak walikota,” jawab Deva sambil mengacungkan jempolnya dan tertawa.

Tinggalkan Balasan