Skip to main content

Bukan Komunitas Biasa

Bukan Komunitas Biasa. Alhamdulillah diberikan Allah kemudahan berjumpa dengan orang-orang baik. Tak hanya berjumpa lalu berpisah. Kami berinteraksi dari penjuru nusantara.

Berkenalan, bersahabat, bertanya kabar, serta saling berbagi inspirasi. Bermula dari ikut challenge menulis dari tim Spirit Nabawiyah Community. Kami berusaha berkomitmen konsisten sejak hari pertama hingga akhir tantangan.

Ya, komunitas pecinta siroh. Berkisah dengan buku-buku bergizi untuk diteladani anak-anak sejak dini.

Spirit Nabawiyah Community (SNC) itu nama komunitas kami. Tak hanya berjualan buku. Motivasi, saling mengingatkan, upgrading ilmu lewat program Lisensi (ngaji online bareng komunitas), target kebaikan setiap hari. Literasi dengan buku-buku bergizi.

Bukan komunitas biasa. Karena era milenial menjamur beragam komunitas. Komunitas pecinta siroh yang terus bergerak tanpa lelah. Hingga kelelahan itu lelah mengikuti gerak kita.

Berbagai karakter dan latar belakang kami disatukan dalam wadah indah bersama untuk membumikan kisah Rasulullah. Komunitas yang tak hanya berpuas diri dengan jumlah yang ratusan atau bahkan ribuan. Namun kami memiliki tujuan mulia untuk senantiasa konsisten meluaskan kebaikan lewat buku bergizi. Menularkan virus cinta buku kisah Nabi. Serta kisah para sahabat Rasulullah untuk diteladani.

Kami tentu tak boleh lupa diri bahwa meluasnya kebaikan lewat buku bergizi semata atas izin ilahi. Jangan sampai terlena dengan sukses duniawi. Karena kesombongan secara halus kadang tak kita sadari.

Meminjam nasehat salah satu sahabat dari tim Spirit Nabawiyah Community mbak Sri Wulandari. Beliau mengingatkan kami saat ngaji online. Bahwa kesombongan itu bisa muncul tanpa menunggu seseorang menjadi kaya atau berlimpah tahta atau menuai pujian.

Hakikat kesombongan adalah saat kita menolak kebenaran dan meremehkan orang lain.

Al Imam Adz Dzahabi rahimahullah berkata:

“Kesombongan yang paling buruk adalah orang yang menyombongkan diri di hadapan manusia dengan ilmunya, merasa dirinya besar dengan kemuliaan yang dia miliki. Bagi orang tersebut tidak bermanfaat ilmunya untuk dirinya. Barangsiapa yang menuntut ilmu demi akhirat maka ilmunya itu akan menimbulkan hati yang khusyuk serta jiwa yang tenang. Dia akan terus mengawasi dirinya dan tidak bosan untuk terus memperhatikannya, bahkan setiap saat dia selalu introspeksi dan meluruskannya. Apabila dia lalai dari hal itu, dia akan menyimpang dari jalan yang lurus dan akan binasa. Barangsiapa yang menuntut ilmu untuk membanggakan diri dan meraih kedudukan, memandang remeh kaum muslimin yang lainnya serta membodoh-bodohi dan merendahkan mereka, maka hal ini merupakan kesombongan yang paling besar. Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan walaupun hanya sebesar dzarrah (biji sawi). Laa haula wa laa quwwata illaa billah.”

(Al Kabaa’ir ma’a Syarh li Ibni al ‘Utsaimin hal. 75-76, cet. Daarul Kutub ‘Ilmiyah.)

Bahagia dengan iringan kesyukuran saya dijerumuskan di jalan kebaikan oleh Mbak Nura Maya bersama komunitas keren. Bukan komunitas biasa. Komunitas segudang kebaikan. Karena diri ini masih sering lalai atas nikmat Sang Maha Kaya. Bahkan sombong tak dirasa. Kebaikan pun masih belum banyak ditularkan.

Sahabat facebooker sudah ikut komunitas apa?

-Catatan pagiku: Novita Ratna Andadari-

#IDareToReborn
#Batch2
#SpiritNabawiyahCommunity
#Day23
#challengegambar
#challengetulisan
#SygmaDayaInsani

https://www.facebook.com/Spirit-Nabawiyah-Community-110969039738075/

Tinggalkan Balasan