Skip to main content

Kisah nyata anak dokter ingin jadi ustadz

Kisah nyata anak dokter ingin jadi ustadz. Kadang antara keinginan anak dan orang tua tidak selalu sejalan meskipun setiap orang tua pasti mendamba yang terbaik buat anak. Hal berbeda justru direspon anak bahwa tidak semua yang terbaik menurut orang tua belum tentu terbaik dan cocok untuk anak yang bersangkuta. Sebuah kisah epik tentang Kisah nyata anak dokter ingin jadi ustadz. Monggo disimak brosis…

KISAH NYATA

dr Armanto Sidohutomo adalah anak pertama dari dr Soendoko Sidohutomo Sp PA (pernah menjadi Purek II Unair).
Keempat anak dokter Soendoko semua juga berprofesi sebagai dokter. Istri dr Soedoko yaitu Prof dr Roemwerdiniadi.

Ini cerita nyata, Seorang bapak yg mengisahkan anaknya mahasiswa Madinah… Kawan² di Surabaya banyak kenal dg bapak dan anak ini…

Cuplikan kisahnya :

Teringat Pembicaraan dengan Putraku ke 2, Ian, saat naik kelas 2 SMA, 6 tahun yang lalu, saat rutin makan malam bersama:

Ian : Bapak, maaf saya ijin, kalau boleh mau keluar dari SMA 5 setelah kenaikan kelas

Bpk : (makanan di mulut langsung hambar, datar dan tawar), (Gak kolu nelan) maksudmu ???

Ian : saya ingin sekolah di Madinah, saya ingin jadi Ustadz

Bpk : (Yang dimulut langsung tak telan), minum buanyaaaak, sampek keselek) Kamu jadi Ustadz siapa yang ngajak ?? (Nada Interogasi )

Ian : Gak ada, saya sendiri yang pengen

Bpk : Kamu gak pengen jadi dokter taaah ? Kan kamu pinter, lembut, baik budi bahasamu, ramah sama orang dan bisa banget melayani orang lain seperti Masmu

Ian : (Sambil senyum) Kan gak sama bapak, seperti Bapak bilang, semua manusia spesifik dan Istimewa

Bpk : (wuik, mak jleb, omonganku dipakai mengcounter aku) (cerdas ! Tapi mangkelno) Kamu kalau jadi dokter akan sangat berguna dan bermanfaat menyembuhkan banyak orang pastinya

Ian : Dokter menyembuhkan badan, Ustadz menyembuhkan Hati kan Bapak, Insya Allah bermanfaat.

Bpk : (Praaaaang, berkeping2 hatiku)(Air mata mulai menetes, aku nelongso anakku gak mau jadi dokter) Sekolah di Arab itu sulit lho, bahasa, budaya beda dan puanasnyaaaaa luar biasa

Ian : Bapak yang ngajarin, GAK ADA YANG GAK BISA KALAU NIAT MENGGELORA

Bpk : (Mbrebes mili buanter) Nanti kalau jadi Ustadz, penghasilanmu berapaaaa ? Sedikit sekali !!! (Nada meninggi) Istri dan anakmu gimana membiayainya ???

Ian : Bukannya Bapak yang mengajari hidup mandiri, seCUKUPnya, SeBUTUHnya, dan bahagia tidak ada korelasi dengan harta ???

Bpk : (Aku nangis pelan) Apalagi alasanku supaya kamu jadi dokter ya Ian ?

Ian : Ikhlaskan Ian jadi diri Ian sendiri ya Bapak, ini pilihan hidup Ian

Bpk : (Nangis banter) Aku mau kamu tetap di SMALA sampai lulus, perjanjiannya gini aja, baru sesudah lulus SMA dengan nilai baik, kamu berhak menentukan kemanapun kamu mau (Wis gak duwe pilihan liyo, tapi berharap bisa merubah niat)

Ian : (perlahan memeluk dan mencium pipiku sambil ikut menangis) Asal Bapak ikhlas dengan pilihan Ian, Saya tetap sekolah SMALA dan lulus dengan baik, Matur nuwun, pangestunya.

Saat ini, Ian baru pulang dari Madinah, besar, tegap, gagah, hafal 27 Juz, sudah beberapa kali jadi Imam di banyak masjid, mengisi Khutbah Jumat, taraweh, Buka bersama dll, dan tiap kali aku melihat Ian jadi Imam, air mataku selalu tak terbendung lagi, Ian dengan segala kelebihan dan kekurangannya menyadarkanku akan kurangnya pengetahuan dan amalan agamaku, Allah mengutusnya untuk mengingatkanku.

-Selesai-

Catatan dari al-Akh Abu Salma hafizhahullah

Terkadang sebagai orang tua kita menilai kesuksesan anak hanya dilihat dari faktor materi duniawi…
Sebanyak apa gelar berderet
Sebanyak apa harta diraih
Sebesar apa rumah yang dibeli
Secanggih apa mobil yang dimiliki
Dst…

Tapi kita lalai bahwa itu semua tidak lah akan dibawa mati…

Padahal seorang anak yang mau mendoakan orang tuanya dengan ikhlas, berbakti kpd mereka, yg mengagungkan syiar² agamanya, walaupun di dunia tidak memiliki apa², namun dia akan menjadi aset terbesar bagi orang tuanya kelak di akhirat, wal âkhirotu khoyrun wa abqo, dan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal…

Semoga menjadi renungan kita bersama ……

Dikutip dari tulisan: dr. Armanto Sido Hutomo dan dibagikan lagi kepada admin Belajar Tauhid oleh Bu Hasanu Simon

Sumber : fb

Maturnuwun

baca juga :

Tinggalkan Balasan