Skip to main content
Sekilas Kusni Kadut, Ironi pejuang dan perampok masa kemerdekaan

Sekilas Kusni Kadut, Ironi pejuang dan perampok masa kemerdekaan

Sekilas Kusni Kadut, Ironi pejuang dan perampok masa kemerdekaan. Pria asal Blitar ini bernama asli Waluyo yang begitu fenomenal dikalangan pejuang. Dia memang perampok namun hasil rampokannya digunakan untuk menyumbang kemerdekaan bak Robin Hood. Namun pasca Indonesia merdeka dia justru harus meregang nyawa karena hukuman mati yang dialaminya. Monggo disimak tulisan menarik bro Hadi Saksono di ‎Hits From The 80’s & 90’s pada tanggal 27 Juli 2018.

Sekilas Kusni Kadut, Ironi pejuang dan perampok masa kemerdekaanKUSNI KASDUT: PEJUANG, PERAMPOK, DAN SELAMAT PAGI INDONESIA

Namanya aslinya Waluyo, lahir tahun 1929 di Kota Blitar, Jawa Timur. Masa kecilnya akrab dengan kemiskinan, dengan menjadi penjual makanan di terminal-terminal bis Kota Malang. Waluyo dan ibunya tinggal di kawasan kumuh Gang Jangkrik Malang.

Ketika Perang Kemerdekaan meletus, iapun terlibat dalam pertempuran di wilayah Jawa Timur. Waluyo yang mendapat julukan ‘kancil’ karena kelincahannya ini menjadi andalan tentara gerilyawan mendapatakan dana perang revolusi, keahlian yang kelak menjadi andalannya pula pasca kemerdekaan.

Waluyo mendapatkan dana untuk revolusi, melalui cara ala-ala Robin Hood, yakni dengan cara merampok orang-orang Tionghoa, dan membagikan jarahannya untuk rekan-rekannya yang terlibat dalam revolusi kemerdekaan pada saat itu.

James Siegel dalam Penjahat Gaya (Orde) Baru: Eksplorasi Kejahatan Politik dan Kejahatan (2000), menuliskan, pria yang kemudian dikenal dengan nama populer Kusni Kadut itu bisa memperoleh jarahan hingga puluhan juta untuk mendanai perjuangan revolusi.

Setelah revolusi usai, Kusni berhasrat untuk masuk korps militer resmi. Namun luka tembak di kaki—yang didapatnya saat pertempuran melawan sekutu—menjadi penghambatnya untuk menjadi anggota TNI. Kusni yang saat itu telah menikah pun menjadi mantan pejuang yang menganggur setelah rakyat Indonesia merasakan hasil perjuangannya.

Kemampuannya dalam merampok pun menjadikannya kembali masuk dalam lembah hitam, bersama Mohamad Ali alias Bir Ali, juga Mulyadi dan Abu Bakar, mereka membikin kelompok perampok, Kusni menjadi ketua geng ini.

Kelompok ini merampok seorang kaya berdarah Arab bernama Ali Badjened pada 11 Agustus 1953. Sang hartawan, yang hendak melawan, terbunuh oleh aksi komplotan Kusni ini.

Aksi geng Kusni dkk salah satu yang tak terlupakan adalah perampokan Museum Nasional Indonesia, yang notabene masuk wilayah ring 1 ibukota negara.

Bak film action, Kusni dkk menyamar sebagai polisi dan memakai Jeep memasuki museum pada Mei 1961, sembari menyandera pengunjung. Seorang petugas di museum ditembak dan komplotan Kusni berhasil kabur. Alhasil, 11 butir berlian berhasil digondol. Kusni pun jadi buronan lagi.

Sepandai-pandai tupai melompat, pasti akan jatuh juga. Kusni pun akhirnya tertangkap, dan dipindahkan dari satu penjara ke penjara lain. Hingga akhirnya Pengadilan Semarang pada 1969 menjatuhkan vonis mati. Namun petualangannya belum berakhir.

Selama menanti eksekusi, berkali-kali Kusni kabur dari penjara. Tercatat 8 kali dia kabur dari penjara, dan episode demi episode pelariannya berakhir 17 Oktober 1979.

Kusni sempat mengajukan grasi, namun ditolak oleh Presiden Soeharto, dan tanggal eksekusi pun ditetapkan pada 16 Februari 1980. Kusni yang dulunya memendam hasrat menjadi aparat negara pun harus berakhir hidupnya di tangan aparat negara.

Kisah eksekusi matinya pun diangkat oleh grup musik legendaris God Bless dalam lagu Selamat Pagi Indonesia.

Di bibirnya terlukis senyum yang yakin akan kebenaran…
Matanya berbinar dalam keredupan, mulutnya bergerak menyusun doa terakhir baginya…
Yang meluncur menembus himpitan sepi…
Kemanakah kucari kebenaran, kedamaian, kasih sayang?
Kemana…?

Dikutip dari berbagai sumber

Foto dari mesin pencari: Kusni Kasdut di LP Kalisosok Surabaya sedang diwawancara wartawan Tempo Dahlan Iskan

Tulisan : Hadi Saksono

Maturnuwun

baca juga :

Tinggalkan Balasan