Skip to main content

Ramadhan Bulan Pendidikan dan Implementasinya dalam Kehidupan

Ramadhan Bulan Pendidikan dan Implementasinya dalam Kehidupan. Ramadhan mendidik kita untuk pengendalian  fisik, intelektual, emosi dan spiritual, ini adalah cara Allah mentraining manusia. Dan sesungguhnya hasil training ini diaplikasikan dalam 11 bulan lainnya. Sudahkah kita memanfatkan hasil tahun lalu? Jangan sampai Ramadhan lewat terus manfaatnya bagi bulan-bulan lainnya.

Realita pendidikan saat ini belum nyambung antara tujuan dan proses pembelajaran yg dilakukan. Tujuan pendidikan menghantarkan anak didik menjadi orang yg beriman, bertaqwa, berakhlak mulia, cerdas, kreatif, terampil dan mandiri. Tapi kenyataan kurikulum kita sangat minim dalam nilai agama dan akhlak. Sebagaimana firman Allah menegaskan kepada kita sebagai orangtua untuk mempersiapkan generasi yang kuat dari berbagai pilar sebagai pegangan anak-anak untuk memiliki daya tangguh dalam menghadapi kehidupannya kelak.

Qs. Annisa ayat 9: “Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap kesejahteraan nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar”.

Kita harus menyiapkan generasi yg kuat akidahnya, ahlaknya, ekonominya, sosial budaya dan lain-lainnya. Jangan sampai kita meninggalkan generasi yang lemah, baik itu secara fisik, ekonomi, sosial dan terutama lemah secara akidah dan akhlaknya. Menguatkan anak-anak melalui peran pendidikan begitu amat pentingnya baik kita sebagai orangtua biologis maupun orangtua ideologis (anak didik di sekolah). Orangtua sebagai garda terdepan dalam perannya sebagai pendidik, pengasuh dan pendamping bagi pembentukan generasi berkarakter. Pembentukan generasi berkarakter tentunya tidak terlepas dari peran utama orangtua saja, sekolah sebagai lingkungan pendidikan juga berperan sebagai mitra strategis para orangtua. Dunia pendidikan pun tidak terlepas dari kurikulum sebagai acuan proses belajar mengajar di lingkungan sekolah.

Perubahan kurikulum adalah keniscayaan karena menyesuaikan perkembangan zaman. Sebagaimana Ali bin Abi Talib mengatakan “ajarkan anak-anakmu sesuai perkembangan zamannya.” Mengantarkan anak didik bertakwa kepada Allah SWT, berakhlak mulia menjadi urge n diera milenia  kalau tidak kita tergerus oleh zaman. Mari kita menilik proses pendidikan yang Allah ajarkan kepada Rasulullah, ada tiga proses yang bisa kita teladani, antara lain:

  1. Membacakan ayat ayat Allah, baik kauliyah maupun kauniyah

Kauniyah ⇒ dikenal saat ini dengan istilah Literasi, yang bermakna pemahaman dan kematangan seseorang yang muncul dari suatu proses membaca, mengeksplorasi, menganalisa dan observasi.

Usia 4 tahun⇒  hati Rasul disucikan ⇒ kepribadian: kejujuran

Usia 8 tahun ⇒ mengembala

Usia 12 tahun⇒ kemandirian ekonomi

Usia 40 tahun ⇒ menjadi Rosul, tulis baca merupakan gerbang untuk membangun peradaban. Dan itu diberikan Allah setelah matang mental spritual dan keperibadiaannya.

  1. Menambahkan nilai kepribadian

Ditanamkannya nilai kepribadian kepada para sahabat saat itu dan pengikutnya, itu pula modal pemikat Rasulullah dalam berdakwah. Keteladanan melalui kepribadian beliau menjadi nilai utama dalam menyampaikan kebaikan islam. Akhlak Rasulullah menjadi magnet tersendiri bahwa Islam begitu mengunggulkan akhlak dan pribadi yang mulia. Sebagaimana pesan  KH. Ahmad Dahlan kpd muridnya : “janganlah kamu mengatakan sesuatu tanpa diperbuat, amat besar kebencian Allah bagi orang-orang yang demikian”.

Pengukuran keberhasilan hanya pada sisi kognitif adalah menjadi salah satu kekeliruan. Fenomena ini masih ada di negeri kita. Kepribadian yang perlu lebih dikedepankan  untuk ditanamkan sebelum anak diajarkan kognitif. Misalnya menanamkan sikap sabar dengan melatih anak untuk mau antri dalam hal apapun di sekolah. Antri mencuci tangan, mau antri ketika meminjam buku di perpustakaan sekolah, antri mengambil makan ketika makan bersama, antri berbaris masuk ruangan kelasnya, dan sebagainya. Budaya antri bukanlah hasil pendidikan yang dilakukan dalam waktu yang instan. Selain menanamkan dan melatih anak bersabar , di dalam antri anak juga akan belajar  kepedulian, kedisiplinan, serta mengendalikan emosi.

Selain ukuran keberhasian pada sisi kognitif ,yang juga membuat miris dunia pendidikan kita adalah pengaruh pendidikan sekuler. Ambil contoh di sekolah guru mengajarkan kepada anak didik bahwa proses turun hujan dijelaskannya secara ilmiah semata, aspek memberikan pemahaman akidah  bagaimana Allah mempunyai peran terhadap proses-proses sains dalam kehidupan belum banyak diberikan di lingkungan pendidikan. Seharusnya peran Allah menjadi hal penting untuk ditanamkan kepada anak-anak didik di kehidupan sehari-harinya.

  1. Tiga hal yg sangat penting diberikan pada anak-anak kita:

Tanamkan ilmu dengan benar, kenalkan petunjuk dan penuhi hati anak anak kita dengan dzikir serta do’a kepada Allah.

“ Dan diantara manusia ada yang berbantahan tentang Allah tanpa ilmu, tanpa petunjuk dan tanpa kitab (wahyu) yang memberi penerangan”. (Q.S. Al Hajj: 8)

Para orangtua mari kita berbenah diri melalui ramadhan ini, agar pendidikan anak-anak kita kembali memiliki karakter mulia tidak hanya ukuran keberhasilan pada satu sisi, kognitif. Esensi pendidikan di ramadhan ini adalah bagaimana kita sebagai orangtua terus melanjutkan kebaikan nilai-nilai ramadhan mulai dari pengendalian fisik, emosi, intelektual dan spiritual melalui keteladanan bagi anak-anak kita. Usai ramadhan jangan sampai hilang kebiasaan baik yang sudah ditunaikan. Ramadhan adalah madrasah terhebat untuk mendidik anak-anak kita menjadi generasi berakhlak, berkepribadian mulia dan tangguh menghadapi tantangan zaman. (NRA)

*catatan kuliah subuh bersama DR. H. Sukro Muhab, M.Si

#RamadhanBerbagiInspirasi

#FLPGresik

#Day26

baca juga :

Tinggalkan Balasan