Skip to main content

Sosok Ayah di Bulan Ramadhan bagi anak-anak

Ayah di Ramadhanku. Negeri tanpa ayah. Ngeri mendengar label itu di negeri kita sendiri. Mengapa? Realitas kini peran ayah dan kehadirannya adalah antara ada dan tiada. Banyaknya permasalahan di negeri ini mulai dari perkelahian antar pelajar, narkoba menjangkiti para pelajar hingga candunya merenggut masa depan anak bangsa, bahkan anak-anak kehilangan moral dan adabnya kepada orangtua, dsb.

Ini kenyaatan sekarang yang ternyata kesemuanya itu adalah bersumber dari hilangnya peran dan kehadiran ayah bagi anak-anaknya. Nah, di ramadhan kali ini mari kita sebagai para ayah memperbaiki dan bermuhasabah atas peran dan sosok kita sebagi ayah.

Diantara para ayah di negeri ini sebagian besar adalah pekerja. Dua puluh empat jam yang sama diberikan oleh Nya untuk para ayah sebagian banyak digunakan untuk mencari nafkah. Bersua dan bersama dengan anak-anak hanya sebagian kecil dari waktu dua puluh empat jam nya. Itupun terkadang waktu sisa yang ada.  

Betapa anak-anak begitu ingin dan membutuhkan sosok ayah di dalam keseharian mereka. Peran ayah kini telah digantikan oleh sekolah-sekolah yang seakan-akan hanya menjadi tempat menitipkan anak agar terpenuhi secara akademis namun kehilangan ruh cinta ayah yang semakin menipis. Berangkat diantar ayah, cium tangannya, uang saku dan ….sampai bertemu nanti ketika pulang sekolah.itupun apabila sang ayah yang menjemput.

Apakah pernah diantara kita para ayah melepas kepergian anak di sekolah dan sang ayah melihat lekat dengan tatapan penuh cinta ke mata anaknya bukan hanya sekedar dicium tangannya sebagai bentuk berpisah selama seharian penuh lamanya?. Mari kita bayangkan bagaimana perasaan anak kita ketika setiap hari sedemikian cara berpisahnya dengan sang ayah di sekolah. Banyak anak-anak berharap kedekatan, bounding dengan sang ayah.

Anak-anak yang kehilangan chemistry dengan ayahnya, ingin diperhatikan, diajak sharing bersamanya. Inilah salah satu puncak episode suara hati anak-anak terhadap peran ayahnya. Puncak kehampaan dalam hidup mereka selama dua puluh empat jam. Berayah ada berayah tiada. Anak-anak yang mencium tangan ayahnya secara khusu’ karena anak-anak tahu persis bahwa mereka akan berpisah dengan ayahnya berjam-jam lamanya.

Namun sayangnya, prosesi perpisahan pagi hari bagi para sebagian ayah bukanlah momen penting. Ketika bersalaman atau berpamitan, kadangkala sang ayah hanya sekedar memberikan pandangan mata. Adakalanya juga sang ayah melepas kepergian anak sambil memainkan telepon genggam dan sejenisnya. Sehingga anak-anak mendapatkan ayahnya ada secara fisik tapi tidak ada secara psikologis. Astaghfirullahal adzim.

Ramadhan kali ini kita para ayah mari berbenah diri, mengevaluasi peran keayahan kita selama ini. Masih ada kesempatan untuk menjadi ayah sejati, ayah yang paham betul apa yang dibutuhkan anak, bukan hanya sekedar mengerti tentang label ayah yang melekat padanya. Kita tilik kembali bagaimana pola asuh kita sebagai ayah selama ini apakah sudah sesuai dengan tuntunan Nabi dan nilai-nilai agama ini?

Realitas menunjukkan mayoritas para orangtua, ayah terutama memberikan ancaman sebagai amunisi ampuh agar anak tertib. Padahal pengasuhan dengan ancaman tak berakhir dengan kondisi yang baik bagi anak-anak, bahkan ketika menjelang tidur bagi anak-anak. Saat di mana anak-anak membutuhkan sentuhan yang lembut kasih sayang yang tulus. Anak-anak menginginkan dialog-dialog yang dipenuhi  nafas cinta dari kedua orangtua.

Wahai para ayah sekali lagi momentum Ramadhan ini mari kita memantaskan diri dengan peran keayahan, agar kelak kita tidak malu mempertanggungjaabkan amanah kita, amanah anak-anak biologis kita. Mendekatkan diri kepada anak-anak dengan totalitas tanpa batas, dengarkan mereka, dekap dan cintai mereka sepenuh hati. Ya, agar anak-anak itu menemukan kembali ayah di ramadhanku kali ini.

Untuk para ayah,

ayo kita kembali ke rumah

ayo kita bermain bersama mereka anak-anak kita

ayo kita temani mereka

ayo kita jadi sahabat mereka

*****

#RamadhanBerbagiInspirasi

#FLPGresik

#Day12

One thought to “Sosok Ayah di Bulan Ramadhan bagi anak-anak”

Tinggalkan Balasan