Skip to main content

Begini cara melatih anak berpuasa, yuuk dicoba brosis

Begini cara melatih anak berpuasa, yuuk dicoba brosis. Berikut cara melatih anak berpuasa; Bunda aku juga puasa lho ya...“kapan boleh berbukanya Bun..?” pertanyaaan si kecil menjelang sore hari di ramadhan dua tahun lalu. Ini cerita kami melatih anak-anak untuk berpuasa mantemans. Yuuk melatih anak puasa sejak dini brosis…

Harapan dari berumah tangga salah satu diantaranya adalah mempunyai keturunan. Banyak diantara pasangan suami istri yang sudah lama menantikan kehadiran momongan, ada pasangan yang sudah berumah tangga lebih dari sembilan tahun belum Allah takdirkan memiliki anak. Kami berbahagia dengan kehadiran si kecil di usia pernikahan kami yang terhitung cukup muda ketika memasuki masa kehamilan yaitu sebulan kemudian setelah akad nikah.

Alhamdulillah Allah memberikan saya sebagai perempuan dengan gelar ibu, merasakan dan menikmati bagaimana fase kehamilan, fase melahirkan dan sekarang ini sedang berproses mengasuh serta mendidik kedua anak yang diamanahkan Allah kepada kami.   

Anak adalah karunia sekaligus amanah yang tak ternilai harganya. Anak juga merupakan investasi akhirat bagi kedua orangtua nya. Anak jugalah yang menjadi penyejuk hati, tempat mencurahkan kasih sayang di keluarga. Setiap orangtua pastilah berharap dan berkeiginan anak-anaknya menjadi anak-anak sholih dan sholihah. Ukuran sholih sholihah tentunya harus dilalui dengan proses yang bernama pendidikan.

Pendidikan adalah gerbang emas bagi terbentuknya generasi yang berkarakter, memiliki kepribadian  sebagai seorang muslim salimul akidah (akidah yang bersih), shahihul ibadah (ibadah yang benar), matinul khuluk (akhlak yang kukuh), mutsaqaful fikri (wawasan berpikir yang luas), qawiyyul jismi (jasmani yang sehat dan kuat) serta nafi’un lihgairihi (bermanfaat bagi rang lain). Pendidikan yang terbaik adalah bermula dari rumah, madrasah keluarga .

Menjadi orangtua adalah anugerah yang luar biasa, namun juga merupakan sebuah tanggung jawab besar, bagaimana orangtua dapat mengantarkan anak-anaknya menjadi anak yang tangguh, memiliki kecerdasan spiritual, kecerdasan moral serta kecermerlangan intelektual. Karenanya orangtua sebagai garda terdepan hendaknya benar-benar serius mengasuh dan mendidik nya sesuai dengan nilai-nilai keislaman yang diajarkan oleh Rasulullah Muhammad SAW.  

Orangtua adalah role model bagi anak-anaknya di rumah, maka seluruh yang dilakukan oleh orangtua di rumah baik itu ucapan maupun perilaku , anak akan mencontoh apa yang dilihatnya karena anak adalah peniru ulung. Sikap maupun tindakan bahkan ucapan orangtua akan melekat kuat di memori mereka, terutama di usia emas nya (golden age).

Usia emas inilah kita sebagai orangtua Muslim berperan penting menanamkan dan mengenalkan hal-hal positif untuk mereka, mulai dari mengenalkan adab-adab islami dan akhlakul karimah. Bulan Ramadhan adalah momentum tepat untuk mengoptimalkan fungsi madarasah keluarga menjadi lebih bermakna.  

Memulainya dari mengenalkan anak-anak tentang shalat dan apa itu puasa. Menurut Dr. Yusuf Qardhawi di dalam bukunya yang berjudul Fiqh Puasa, syariat Islam memerintahkan kita melatih anak-anak kecil untuk menunaikan kewajiban sejak usianya genap tujuh tahun.

Sabda Kanjeng Nabi Muhammad SAW: “perintahkan anak-anak kalian mengerjakan shalat ketika berusia tujuh tahun, dan pukullah mereka karenanya ketika berusia sepuluh tahun (HR. Ahmad)

Sungguh Islam begitu indahnya, karena mengatur dan memberikan pedoman kepada kita sebagai orangtua yaitu sejak usia dini membiasakan dengan mengisi dan menanamkan kebiasaan positif . Karena benarlah bahwa  kebaikan dan kejelekan itu adalah juga dari kebiasaan. Seseorang akan biasa melakukan sesuatu yang sudah dibiasakan kepadanya. Para sahabat dahulu membiasakan anak-anaknya berpuasa ketika masih kecil, dengan cara memberikan mainan berupa bulu domba. Anak-anak bermain dengan asyiknya hingga tidak terasa saat berbuka tiba.

Subhanallah, betapa para sahabat Rasulullah sudah memberikan contoh kepada kita umatnya, bagaimana agar kita meniru apa yang sudah dilakukan oleh para sahabat yaitu mulai membiasakan anak-anak kita berpuasa. Tinggal bagaimana kita sebagai orangtua muslim mau dan berkomitmen untuk melatih anak-anak kita di ramadhan kali ini. Bukanlah keharusan mereka diperintah berpuasa sebulan sekaligus, mereka tentu tidak kuat, tidak juga logis.

Namun, sesuai dengan hadits di atas bahwa kenalkan dan latihlah mereka sesuai dengan tahapan usianya. Misalnya, sebagai awalan mereka hanya diperintahkan dua atau tiga hari dahulu berpuasa. Lalu pada ramadhan berikutnya sepekan, dua pekan, dan seterusnya sampai memungkinkan mereka untuk berpuasa sebulan penuh dengan cara bertahap.

Banyak juga diantara para orangtua yang melakukan kekeliruan, yaitu membiarkan anak-anak nya hingga besar tanpa dilatih untuk menunaikan kewajiban dan ketaatan. Seperti yang sudah disampaikan oleh Dr. Yusuf Qardhawi yaitu latihlah anak-anak kecil menunaikan kewajiban sejak usianya genap tujuh tahun. Keterlambatan orangtua apabila mereka diperintahkan menunaikan kewajiban setelah masa balighnya, tentu akan terasa lebih berat.  Benarlah apa yang katakan oleh penyair:

Anak-anak mendapat manfaat dari pendidikan di masa kecil, tidaklah manfaat itu mereka dapat, jika ditempuh di waktu tua

Ranting-ranting kau luruskan niscaya lurus sedangkan kayu tetaplah bergeming meski kau paksa

Secara syar’i, anak-anak memang belum dikenai kewajiban berpuasa ataupun ibadah-ibadah lainnya, karena memang belum berstatus mukalaf. Namun, kita sebagai orangtua mempunyai tanggung jawab dan kewajiban untuk mendidik, melatih, dan membiasakan mereka sejak dini melakukan puasa serta ibadah-ibadah lainnya sesuai dengan kemampuan mereka. Nah, ramadhan yang begitu istimewa ini mari kita sebagai orangtua berlomba-lomba dengan mengoptimalkannya mengenalkan dan melatih anak-anak kita berpuasa .

Lima tahun usianya waktu kami mulai melatihnya berpuasa. Awalnya cukup sulit menyampaikan bahwa di usianya sudah harus memulai berlatih berpuasa. Menyampaikan puasa sebagai ibadah memang bukan perkara mudah bagi setiap orangtua, apalagi dengan usianya yang butuh penjelasan konkrit. Untuk membuat mereka mengerti bahwa puasa adalah tantangan bagi mereka memerlukan tri-trik yang cerdas. 

Melalui berbagai pengalaman rekan-rekan yang sudah lebih dahulu melatih anaknya berpuasa serta ferensi beberapa sumber buku, kami menerapkan trik-trik yang sudah dilakukan oleh rekan kami. Diantaranya, ketika usia taman kanak-kanak saya dan suami menceritakan tentang bagaimana senangnya anak-anak yang berpuasa. Dengan bercerita ini adalah cara tepat agar menstimulasi anak untuk tertarik,  termotivasi, dan mau melakukan. Alhamdulillah nya lagi sekolah juga memberikan latihan puasa untuk anak-anak di jenjang taman kanak-kanak, dengan memberikan arahan agar anak-anak tidak dibawakan bekal ketika sekolah.

Tahapan berlatih puasa kita sesuaikan dengan usia anak, dan jangan lupa ada kesepakatan antara orangtua dan anak. Misalnya, kita mulai dengan berpuasa dhuhur, anak boleh berbuka dan dilanjutkan lagi berpuasa sampai ashar, dst. Intinya anak kita ajak untuk berkomitmen menahan diri, bersabar menunggu saat berbuka tiba.

Jangan lupa juga kita juga harus memperhatikan kondisi anak, apakah dia sedang sakit, atau memang hari itu belum memungkinkan berlatih berpuasa. Prinsipnya bahwa tidak boleh ada unsur paksaan dan kekerasan dalam mendidik anak, terkhusus melatih berpuasa. Malah sebaliknya harus memperhatikan kondisi dan kemampuan anak yaitu dengan mengupayakan cara-cara memotivasi dan membuat mereka gembira saat berlatih berpuasa.

Menghadirkan suasana baru di rumah yang berbeda dari biasanya juga akan memotivasi anak agar lebih semangat dan bergembira. Empat kali ramadhan ini, kami selalu mengajak anak bersama-sama membuat kreativitas menghias rumah untuk menyambut tamu istimewa ramadhan. Pernah kami membuat lampion ramadhan yang bertuliskan motivasi ibadah ramadhan, lampion tersebut kami gantung di ruang tamu.

Sampai usia anak pertama kami sekarang 8 tahun, lampion masih awet terpasang. Kreativitas meghadirkan suasana baru juga bisa dilakukan dengan tiap ramadhan membuat kalender ramadhan tahunan yang berisi kegiatan-kegiatan selama ramadhan. Buku-buku anak tentang ramadhan juga penting dihadiahkan untuk persiapan menyambut ramadhan.

Saat mendengarkan keriuhan omongan dan pertanyaan, “bunda aku laparr”… “kapan boleh berbuka”?, “aku bosen.”!… dst disinilah kesabaran dan ketelatenan kita berperan penting untuk tetap menyemangati dan menguatkan si kecil agar terus berpuasa sesuai dengan kesepakatan awal.

Menyiapkan aktivitas bervariatif selama anak berlatih berpuasa juga hal penting yang harus dipikirkan oleh orangtua. Misalnya, membuat jadwal aktivitas dari bangun saur hingga menunggu waktu berbuka. Apabila kita sebagai orangtua cukup kesulitan membuat jadwal tersebut, sekarang ini cukup banyak komunitas, instansi non-formal yang memfasilitasi program ramadhan untuk anak, tentunya kita juga harus selektif diantara pilihan-pihan yang ada.

Persiapkan juga apresiasi kepada anak dengan reward. Memberikan hadiah kepada anak bisa menambah motivasi. Hadiah disesuaikan dengan kebutuhan usianya. Anak yang berusia di atas 7 tahun, hadiah di akhir ramadhan akan membuat mereka bersemangat. Namun bagi anak yang lebih kecil, akan lebih efektif jika diberi hadiah harian.

Hadiah harian bisa berupa barang sederhana, atau bahkan hanya berupa bintang dari kertas warna-warni yang ditempel di dinding. Janjikan sebuah hadiah jika bintangnya mencapai 10, 20, atau 30. Hadiah bulanan bisa merupakan kelanjutan dari hadiah harian, dan merupakan sesuatu yang sangat diinginkan anak.

Semoga Allah menguatkan komitmen kita sebagai orangtua melatih anak-anak bilogis kita untuk berpuasa. Mengisi ramadhan kali ini dengan target-target unggulan sebagai hadiah terindah untuk Allah atas ke Maha Rahman dan Rahim Nya. (NRA)

********

#RamadhanBerbagiInspirasi

#FLPGresik

#Day2

Tinggalkan Balasan