Skip to main content

5 Model Menyelesaikan Konflik Suami- Istri…nomor 3 seru bangetzzz…

5 Model Menyelesaikan Konflik Suami- Istri. Sesuatu yang sangat wajar bila konflik terjadi pada setiap pasangan suami dan istri dalam mengarungi rumah tangga. Karena dengan munculnya konflik bisa memacu dan meng-up grade “tingkat kematangan” dari keduanya, baik suami nya maupun istrinya. Lewat konflik, hidup berumah tangga menjadi lebih berwarna, di bandingkan dengan yang jarang mengalami konflik suami- istri. Konflik mulai dari level ringan sampai dengan level berat, mesti ada dan dialami oleh suami istri dalam menjalani rumah tangganya.5 model menyelesaikan konflik rumah tangga oleh cahyadi takariawanTentunya setiap konflik yang terjadi tersebut harus bisa disikapi dengan cara yang “bijak” dan selalu dicarikan jalan keluarnya agar konflik sesegera mungkin teratasi. Namun, jika konflik belum menemukan solusinya, bahkan terjadi “pembiaran” tanpa ada yang mau menyelesaikan dari kedua pihak yang berkonflik, maka sebaiknya berhati-hatilah bagi pasangan suami istri, akibat yang fatal dan konsekuensi yang ditimbulkan bisa membuat kecewa dan salah dalam mengambil keputusan. Fakta yang ada di era kini, adalah maraknya perceraian sebagai akibat dari konflik yang tidak terselesaikan, serta tidak menemukan jalan keluarnya.

Konflik tersebut di dalamnya bisa beragam bentuk dan jenisnya, mulai dari masalah ekonomi, masalah komunikasi, masalah perbedaan pendapat antar pasangan suami-istri yang belum bisa di terima, lalu masalah “orang ketiga” / perselingkungan, dst. Beragam jenis konflik tersebut memicu hal-hal yang tidak diinginkan, akibat buruknya adalah perceraian. Tingkat perceraian di Indonesia sudah berada dalam taraf yang mengkhawatirkan. Sangat perlu meninjau kembali rapor pernikahan suami-istri yang ternyata banyak menyimpan nilai merah.

Data yang didapat dari sumber Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung pada tahun 2011 terdapat 285.184 perkara yang berakhir dengan perceraian di Pengadilan Agama seluruh Indonesia. Dari sekian kasus tersebut, 67.891 disebabkan karena konflik/masalah ekonomi,kemudian sebanyak 20.199 kasus dipicu karena perselingkuhan. Sedangkan data dari Kemenag RI, mencatat hampir 80% yang bercerai adalah pasangan di bawah 5 tahun umur pernikahan. Sungguh angka yang menyedihkan ,dan tingginya ngka perceraian tersebut menjadi perihal serius yang harus diupayakan penanganannya, terutama dari pasangan suami-istri itu sendiri.

Suami-istri yang merupakan kunci sukses dalam membentuk dan mmpertahankan kelangsungan rumah tangga dan keluarganya. Keluarga juga merupakan pendidikan pertama untuk meletakkan dan membentuk dasar kepribadian, etika, dan moral anak-anak. Melalui sikap dari suami-istri yang lebih dewasa dan bijaksana dalam menyikapi munculnya konflik akan meminimalisir ketidak harmonisan keluarga, bahkan dengan bersikap “legowo” baik itu diupayakan oleh suaminya ataupun istrinya akan mengurangi terjadinya perceraian. Selain itu, penyelesaian konflik harusnya bisa dilakukan sesegera mungkin, agar masalah/konflik tidak berlarut-larut terjadi. Dan malah menumpuk lagi dengan konflik berikutnya.

Berikut ini ada beberapa model cara menyelesaikan konflik antara suami dan istri menurut pakar keluarga dan penulis buku, Cahyadi Takariwan:

  1. Model menghindari konflik berlanjut

Pasangan suami-istri diupayakan untuk mengalihkan perhatian atau mengalihkan pembicaraan menuju tema lain apabila pembicaraan diantara keduanya sudah menunukkan tanda-tanda akan muncul konflik. Semisal, suami dan istri mengalami konflik perbedaan pola pendidikan anaknya.Terlihat jelas ada perbedaan mencolok dalam pendidikan anak yang mereka yakini.

Jadi ketika kondisi/situasi sedang “tidak nyaman” untuk membuka persoalan tersebut, dan mulai terlihat sensitif, sebaiknya diantara kedua nya(suami-istri) harus segera mengalihkan tema/bahan pembicaraannya. Dan tentunya suatu saat nanti harus ditemukan kesepakatan bersama tentang pola pendidikan anak, sebaiknya dilakukan dan memilih situasi yang “pas” , nyaman dan tenang, bukan dalam kondisi emosional.

  1. Model mengalah

Salah satu pasangan , baik itu suami atau pun istrinya sebaiknya mau untuk memilih mengalah agar konflik tidak semakin larut dan berkepanjangan, tanpa harus berusaha mencari penyelesaian masalahnya. Jika keduanya tidak ada yang mau mengalah , yang terjadi adalah konflik akan terus berlanjut. Metode ini cukup sederhana dan membutuhkan sikap lapang dada dari kedua belah pihak. Lapang dada, menundukkan ego pribadi, dengan mengalah demi kebaikan keluarganya.

Tetapi, pada model ini, harus dicatat bahwa harus ada kesepakatan diantara kedua pihak secara sadar diri untuk tidak saling memanfaatkan sikap mengalah pasanga nya, lalu megulang kesalahan berikutnya yang serupa. Lebih utama lagi jika kedua pihak saling berlomba-lomba mengalah demi memperbaiki hubungan. Tanpa harus memperpanjang dan mengungkit-ungkit tentang siapa yang benar dan siapa yang salah, jadi cukup dengan mengalah dengan tujuan demi kebaikan keluarganya. Dengan mengalah suami atau istri tidak akan jatuh wibawanya, justru jika dilakukan secara sadar diri dan niat untuk kebaikan maka pahala yang di dapatkan

  1. Model diskusi

Model ini lebih disukai , karena saling menyampakan isi pikiran di kedua pihak. Menyampaikan apa yang menjadi persoalan-persoalan baik yang menjadi kendala di rumah tangganya.Diskusi sebagai upaya mencari alternatif penyelesaian masalah, di sini suami istri harus menyempatkan waktu khusus berduaan, dalam suasana yang nyaman. Biasanya model ini digunakan untuk menyelesaikan konflik terkait dengan sesuatu yang bersifat strategis dan berjangka panjang, contohnya keyakinan hidup, pendidikan anak, menentukan hunian, dst.

  1. Model kompetensi

Yaitu salah satu dari pasangan, baik suami ataupun istri, mengerahkan seluruh kemampuannya sebagai upaya mencari jalan keluar atas konfik yang terjadi, kemudian berinisiatif mengajak pasangannya bersama-sama menyelesaikan konflik dengan cara yang telah ditemukannya.

Bermacam-macam bentuk cara mengajak pasangannya, yakni dengan merayu/membujuk, mengiba, memberi hadiah, bahkan contoh kasus /persoalan tertentu dengan memaksa agar segera bersedia menyelesaikan masalah tersebut dengan caranya. Tentunya tanpa ada kekerasan fisik memaksanya. Di sini salah satu pasangan harus benar-benar mengerahkan segala potensi kemampuannya dengan optimal untuk mencari solusi dari konflik yang terjadi.

  1. Model melupakan

Pada model ini akan lebih efektif jika sudah ada komunikasi yang efektif dan hubungan harmonis dalam kehidupan sehari-harinya. Karena pada model ini suami dan istri bersepakat melupakan saja konflik yang sedang terjadi. Keduanya akan saling merelakan dan bersepakat untuk melupakan ersoalan yang terjadi dan berjanji tidak akan mengungkitnya lagi. Catatannya model ini tidak efektif jika tidak ada kesepakatan diantara kedua pihak.

Karena jika sudah bersepakat melupakan, maka tidak ada yang akan mengungkit-ungkit kembali. Artinya, jika sudah melupakan itu adalah sudah bersedia memaafkan.begitupun sebaliknya. Karena konflik itu pasti terjadi dan tidak bisa dihindari, meskipun keluarga tersebut nampak harmonis. Jadi model melupakan adalah langkah praktis, sedrhana dan mudah dilakukan oleh pasutri.

Demikian mantemans 5 Model Menyelesaikan Konflik Suami- Istri. Semoga dapat mewujudkan keluarga yang harmonis dalam mengarungi bahtera rumah tangga.

Maturnuwun

***\Contact KHS/***
Main blog : http://www.setia1heri.com
secondary blog : http://www.khsblog.net
Email : setia1heri@gmail.com ; kangherisetiawan@gmail.com
Facebook : http://www.facebook.com/setia1heri
Twitter : @setia1heri
Instagram : setia1heri
Line@ : @setia1heri.com
Whatsapp : 085608174959
PIN BBM : 584929B8

4 thoughts to “5 Model Menyelesaikan Konflik Suami- Istri…nomor 3 seru bangetzzz…”

Tinggalkan Balasan